tulisan pertama yang gue janjikan untuk projek buat project pop. selamat menikmati!
**
“Itu
Ilia kan ya Yo?” tanya seorang teman gue ketika melihat Ilia tampil di sebuah
stasiun televisi.
“Iya,
keren dia sekarang sudah terkenal.” Jawab gue tanpa ada antusias sedikit pun.
“Gimana
kelanjutan kisah lo dengan Ilia Yo?”
“Hahahah...
gatau gue, juga gue sama dia sudah engga pernah komunikasi lagi kok.” Jawab gue
sambil ketawa-ketawa.
Ah..
Ilia.. setahun berselang kita enggak pernah berjumpa dan sekarang lo sudah
menjadi seorang yang terkenal sedangkan gue masih kaya gini-gini aja. Rasa
penyesalan itu memang ada tapi gue berusaha untuk dapat tersenyum bangga karena
seorang yang gue kenal dulu sekarang menjadi seseorang yang terkenal.
Andaikan
dulu gue benar-benar mendekati dia, apakah dia akan menjadi orang yang terkenal
saat ini atau malah tetap menjadi seorang mahasiswi yang tidak di kenal banyak
orang? Biarlah itu menjadi pertanyaan yang tak terjawab dalam hidup gue.
Gue
masih ingat kenangan gue saat bersamanya, sewaktu bersendau-gurau, saling
berbagi cerita kami masing-masing, meski itu hanya sesaat tapi tetap membekas
dalam benak gue dan satu yang gue yakin bila keyakinan gue akan kenangan itu
takkan pernah mati atau hilang begitu saja.
“Heh!
Bengong aja lo yo! Pasti lagi bayangin Ilia kan nih?” ledek Lans.
“Yeee..
Lo masih aja nanya lagi, jawaban dari pertanyaan lo mah pasti iya jawabannya,
lo lihat aja mukanya ngarep banget kan?” tambah George.
Memang
teman-teman gue pada banyak yang tahu kalau gue memang pernah dekat sama Ilia
dan ketika mereka pada tahu gue dicuekin bahkan sampai dibikin jarak sama Ilia,
membuat gue menjadi korban dari cengan mereka semua.
“Lagipula
kenapa lo masih berharap sama Ilia sih yo?” tanya Lans sebelum gue menjawab
pertanyaan dari mereka berdua.
“Entahlah...”
jawab gue dengan singkat dan gue langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
“Tuhkan
di tanya langsung kabur gitu, cupu lo ah Yo! Di tanya engga mau jawab dan
langsung kabur udah kaya bocah lo!” ledek Lans ke gue dan gue tidak menanggapi
hal tersebut.
“Ya
diakan masih bocah, malah kalah dari bocah tau Lans.” Tambah George untuk
meledek gue.
“Kalah
dari bocah? Maksudnya?” Lans tampak berusaha mengerti apa yang diucapkan oleh
George.
“Bocah
sekarang aja berani untuk mengungkapkan perasaannya, lah si Ryo malah Cuma
memendam sendirian. Ya jelaskan kalah dari bocah?” jelas George ke arah Lans.
“Serah
lo berdua. Serah!!” ucapk gue sewot dari dapur.
“Hahaha...
gitu aja langsung sewot masbro.” Kata Lans sambil ketawa puas dan berjalan ke
arah dapur.
Iya
gue memang kalah dari bocah-bocah jaman sekarang karena permasalahannya ini
lebih kompleks daripada apa yang dirasakan bocah-bocah yang Cuma asal ucap akan
perasaan mereka kepada lawan jenisnya. Ah, seandainya lo tau apa yang gue
rasakan ini Ilia.
Ilia,
menurut gue sendiri seperti seorang bidadari, gadis yang masih ada keturunan
China ini sangatlah menarik. Senyumannya dapat mengalihkan pandangan setiap
orang yang tertuju padanya, selain itu dia di anugerahi akan talenta yang luar
biasa yang dia kembangkan sehingga terkenal seperti saat ini yaitu menyanyi dan
menari. Kecintaannya terhadap menarilah yang membuat dia dapat seperti ini.
Gue
sendiri terpana pada pandangan pertama saa awal perjumpaan dengan dia, dulu
rambutya masih panjang terurai dan wakti itu dia sedang memakai kacamata yang
langsung membuat gue lemas tak berdaya. Saat ini kecantikkannya benar-benar
terpancar dan tak ada yang berubah dari pesonanya tersebut meski rambutnya
sudah menjadi pendek, sesekali gue melihat dia masih mengenakan kacamatanya
pada foto-fotonya di akun media sosialnya.
Apa
mungkin seorang biasa seperti gue ini dapat dekat dengan Ilia? Sekarang gue
hanya dapat kagum pada dirinya yang sudah sukses dan tenar seperti saat ini.
Gue
berharap dia takkan melupakan gue saat ini, rasanya gue ingin bertemu dengan
dia dan meminjam tangannya agar rasa ini tak bertepuk sebelah tangan.
Atau
gue harus melupakan dan menghilangkan apa yang gue rasa ini agar gue tidak
terlalu lama untuk terus berharap dan menanti dalam ketidakpastian ini? tapi
kalau begitu gue mengingkari apa yang gue yakinkan. Dalam hati gue sendiri
ingin membuat dia tersenyum kembali dan yang menjadi alasannya untuk tersenyum
adalah GUE!
Bila
tak mungkin menjadi seorang yang spesial dalam hidupnya, gue hanya berharap
dapat menjadi teman yang lo kenal dalam hidup lo atau menjadi sahabat lo yang
ada buat dirinya kapan pun, yang siap untuk mendengar curahan keluh keashnya
dan menopangnya saat karir di artis sedang turun dan meredup.
Gue
percaya suatu saat nanti, gue dapat membisikan kata ini ke telinga Ilia, “Estare Para Siempre Ilia.” Meski dia
tidak mengerti kata tersebut tapi gue akan membisikkan kata tersebut.
**
“Yo,
nanti mau ikutan gue sama anak-anak jalan enggak nih?” tanya George saat
menjelang berakhirnya jam kuliah hari ini.
“Kemana
emangnya?” tanya gue.
“Ada
Girlband baru akan tampil di resto
yang baru buka itu loh.”
“Hah
Girlband? Ah kalau kaya gitu malas ah
ikut, ogah gue.” Gue menampik ajakan George.
“Yeee...
sayang kalau lo enggak datang, soalnya ada orang yang paling lo puja dan kagumi
juga nanti loh! Beneran enggak mau ikut?” pancing George agar gue dapat ikut.
Dalam
hati gue penasaran siapa yang di maksud dan dengan keterpaksaan gue menyanggupi
ajakan dari George. Dalam benak ini penuh dengan tanda tanya dan kebinngungan
akan siapa yang akan ada disana.
Saat
gue dan teman-teman gue sampai di resto yang di bilang oleh George, gue kaget
karena ada girlband yang hadir
ternyata ‘Belle’ dan itu adalah girlband dari Ilia.
“Acaranya
belum mulai kan? Gue ke Mcd dulu aja deh ya.” Kata gue sambil kembali
menyalakan mesin motor gue.
Tapi
dengan sigap George langsung mematikan motor gue dengan mencabut kuncinya, “Oke
dengan kaya gini lo fix enggak bisa
pergi kemana-kemana lagi Yo!” ucapnya dengan senyuman picik yang penuh dengan
kemenangan.
“Anjir..
yaudah mau engga mau gue harus ikutin kemauan lo semua ini.” ucap gue dengan
pasrah karena kejadian itu.
Kami
masuk ke dalam, sebenarnya gue memilih tempat di belakang tetapi George dan
yang lainnya mendorong gue untuk duduk di depan tempat yang sepertinya sudah di
pesan oleh mereka. Acaranya memang sebentar lagi akan di mulai dan kebanyakan
yang datang adalah anak-anak kecil.
**
“Ya
sekarang kita sambut penampilan dari Belle!!”
kata pemandu acara dengan semangat dan di sambut akan tepuk tangan dari para
penonton tidak terkecuali dari teman-teman gue.
Tiga
lagu yang dibawakan oleh Belle, lalu di lanjutkan dengan jumpa fans. Kelakuan
dari teman-teman gue menjadi-jadi disini dengan meneriakan nama Ilia secara
berulang-ulang, tampaknya Ilia mendengar kalau di panggil karena dia menoleh ke
arah kami dengan senyuman yang indahnya dan tangannya terangkat.
“Tuh
Yo, dia lihat ke arah kita, sekarang saatnya lo beraksi!” seru Lans dengan
heboh dan menepuk-nepuk pundak gue.
“Hah?
Beraksi? Maksud lo?” tanya gue dengan kaget dan bingung.
“Iyalah
sekarang saatnya lo utarain apa yang lo rasa ke dia.” Jelas Lans.
“Anjir,
jadi rencana lo pada bawa gue kesini untuk hal ini?” tanya gue dengan emosi,
“Malu gila kalau gue ngomong kaya gitu di depan bocah-bocah kaya gini ya!”
“Yo,
sabar Yo... kita bukan mau bikin malu lo di depan anak bocah kok, kalau lo
engga berani ngomong di depan umum, biar gue yang bawa Ilia ke depan lo.” Kata
Ray yang berusaha untuk menengangkan gue tetapi malah membuat gue makin
deg-degan.
Gue
kembali duduk dengan menutupi wajah gue dan tak lama berselang ada seseorang
yang yang menepuk pundak gue dan menyadarkan gue dari lamunan gue.
“Hai
Ryo!” sapa seorang wanita dengan lembut dan gue hanya terpana ke arah wanita
tersebut.
“Cie...Cie...Cie..”
teriak anak-anak dengan serempak yang malah membuat gue menjadi makin salah
tingkah.
“Kok
liatin gue kaya begitu? Ada yang salah dari penampilan gue?” tanya Ilia.
“Engga..
engga ada yang salah kok tapi lo cantik banget sekarang Ilia.” Jawab gue dengan
gelagapan.
“Makasih
ya Ryo.” Kata Ilia tersipu malu dan wajahnya pias merah. “Oiya kata Ray ada hal
yang penting mau lo omongin sama gue? Tentang apa?
”
Gue
mencari-cari keberadaan dari Ray tapi dia tidak ada di tempat kami.
“Lo
cari siapa? Cari Ray? Dia ada di depan Ryo.” Katanya yang sekan mengerti apa
yang ada di pikiran gue.
“Ah
lama lo ngomongnya, gue sama anak-anak udah nungguin juga, apa perlu kita
menyingkir dulu baru lo bisa ngomong?” tanya Lans dengan tampang bete.
Gue
hanya memberikan isyarat kepada mereka untuk meninggalkan Ilia dan gue, setelah
mereka memahami isyarat yang gue berikan, mereka pergi meninggalkan kami
berdua.
Dan
gue pun kikuk harus melakukan apa dan berbicara apa, lidah gue kelu tidak
bergerak, yang ada hanya membuat keheningan di antara kami berdua.
“Selamat
ya Ilia yang sudah menjadi sukses sekarang!” ucapk gue sambil menyodorkan
tangan gue.
“Oh
iya sama-sama kok Ryo.” Katanya dengan menyambut tangan gue, “terus yang mau lo
omongin itu apa? Soalnya gue enggak punya waktu banyak.”
Masih
seperti dulu yang tidak mempunyai waktu yang banyak untuk gue, atau gue yang
dari dulu selalu menyia-yiakan kesempatan ketika bersama dengannya?
“Boleh
gue memeluk lo untuk sebentar saja?”
“Untuk
apa?” tanyanya dengan penuh kecurigaan dan memperhatikan keadaan sekitar kami.
“Gapapa
sih, Cuma untuk sekali ini dan sebentae saja gue dapat memeluk seorang teman
gue yang sudah menjadi artis.
Dia
mengangguk dan kami berpelukan sebentar, dalam angan gue menginginkan untuk
dapat memeluk dan mendekapnya untuk selamanya dan tetap berharap untuk dapat
menjadi miliknya.
“makasih
ya Ilia udah mau menyetujui permintaan gue ini, sukses ya di dunia keartisan
dan gue akan selalu ada buat lo untuk selamanya kok.” Kata gue yang berusaha
untuk dapat tetap tersenyum meski berat.
“Iya,
makasih ya Ryo. Gue cabut duluan ya mau balik lagi ke stage, see you bye bye.”
“See You.”
Apa
mungkin gue dapat bertemu dengannya sekali lagi secara langsung? Ilian berjalan
ke arah kerumunan bocah-bocah dan larut di antara mereka tapi harapan untuk
dapat memilikinya takkan pernah hilang, bila harapan itu terlihat tak mungkin
mungkin menjadi seorang sahabatnya yang selalu ada buat dirinya dapat menjadi
kenyataan.
Rasa
itu kembali gue tahan dalam diri gue karena gue belum siap untuk mengatakannya,
menjadi seorang secret admirer ialah
pilihan yang gue pilih.
“Estare Para Siempre Ilia.”
“Dia
berada jauh disana dan aku di rumah
Memandang
kagum pada dirinya dalam layar kaya
Apakah
mungkin seorang biasa menjadi pacar seorang superstar? ”
Pacarku
Superstar – Project Pop
No comments:
Post a Comment