Tuesday, September 30, 2014

Sore Ini


Terkadang, Tuhan mempertemukanmu dengan seseorang yang pada akhirnya harus kau lepaskan..

Sore ini, aku memikirkanmu, melebihi kapasitas berpikirku..
Dengan kopi yang sering kita habiskan bersama dengan canda, kini aku sendiri.

Masih ingat rintik hujan yang kita lewatkan bersama dengan petikan gitarmu dan lagu yang selalu kau katakan untuk aku?

Sore ini, disaat senja menampakan dirinya, aku merintih dengan kopi yang mulai mendingin, lalu tiada kata bahkan canda, tatapku kosong, jiwaku pergi bersama punggungmu yang semakin menjauh, menghilang.

Sore ini, tak ada kata yang ingin ku ucap selain aku merindukanmu, merindukan tawamu, suaramu, jailmu, nasihatmu, marahmu, pelukmu, senyummu, bahumu, semuanya, aku merindukanmu.

Sore ini, tak dapatkan kita memulai mencoba untuk berbicara kembali? Walau hanya sekedar hallo? Atau apa kabar? Atau sekedar tatap aku rela.

Sore ini, aku duduk di tempat kesukaan kita, menangis sepertinya derasnya hujan, tak kau seka lagi airmataku, seperti biasanya. Tak kau katakan lagi "jangan menangis, aku tak suka" lagi. Kemana ku cari bahu ketika aku membutuhkan?

Sore ini, aku hanya dapat menunggu, menunggumu yang entah kapan akan kembali..

- Rafika febryna sitorus -

Monday, September 29, 2014

Gelembung Udara



Membahagiakan dan menyenangkan ketika meniupkan gelembung udara, melihat setiap hasilnya terbang ke langit. Tidak hanya satu, tetapi banyak gelembung yang berada di langit.

Gelembung udara itu bagaikan mimpi-mimpiku yang indah saat diterbangkan, ia akan terbang tinggi, sangat tinggi. Namun, sayangnya begitu rapuh dan tak dapat bertahan lama di langit.

Satu per satu, gelembung itu akan hancur. Seperti mimpiku yang satu per satu akan hancur saat aku merasakan indahnya mimpi itu.

Keindahan gelembung udara pun layaknya dirimu, yang indah namun tak rapuh. Menyentuhmu adalah sebuah impian diriku. Saat aku berusaha untuk menyentuhmu, kamu akan hancur.

Kamu menerbangkan aku tinggi ke awan ketika melihat indahnya dirimu, lalu dalam sekejab aku pecah atau terhempaskan angin hingga akhirnya semua hilang.

Meskipun kamu rapuh dan mudah hancur ketika berusaha kuraih, namun cukup membuat hatiku bahagia untuk melihat dan mengenalmu.

Ya, kamu memang bukanlah gelembung udara yang rapuh. Dan, kamu adalah seorang perempuan yang begitu spesial untukku. Begitu lembut dan terlihat menyenangkan untukku.

Kamu memanglah seorang perempuan, tetapi kamu seperti gelembung udara. Dan, aku tidak tahu bagaimana cara untuk dapat mendekatimu dan menyentuhmu tanpa membuat kamu pecah, lalu hilang.

Tetaplah untuk menjadi gelembung udara yang menyenangkan dan membahagiakan, meski tak dapat kuraih, biarlah keindahanmu selalu menjadi pemandangan untuk diriku. Meski setelah itu kau kembali hilang dari hadapanku.

Thursday, September 25, 2014

Tentang Kerinduan

Aku menanamkan rinduku
Pada lapisan tanah terdalam
Aku menerbangkan rinduku
Pada tingkat langit tertinggi
Aku menitipkan rinduku
Pada orang yang berlalu lalang

Tidakkah kau lihat dan rasakan?

Aku menyembunyikan rinduku
Pada deretan sandi dan kode
Aku membisikkan rinduku
Pada heningnya malam
Aku mencatatakan rinduku
Pada baris kalimat yang kutulis

Masihkah kau tidak sadar?

Aku akan melepaskan rinduku
Pada dirimu seorang, janjiku!
Melepaskan rindu. Melepaskan jiwaku.
Biarkan rinduku bersua denganmu
Lalu hilang di temaram malam

Tanpa sedikit pun kau sadari, Bidadari.