Wednesday, August 21, 2013

Selamat Bertambah Umur!!

Oke. Mungkin tulisan ini sungguh telat gue tulis mau pun gue publish di blog ini karena seharusnya sebuah kado diberikan saat dia hari ulang tahunnya, namun ini sunggu telat dan hampir lebih sebulan dari ulang tahunnya. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan? Atau kalian yang membaca ini akan menganggap diri gue ini tidak bermodal untuk memberikan sebuah kado di saat ulang tahun kepada perempuan ini, ah bila anda berpikiran seperti itu berarti anda salah, karena modal saya adalah tulisan ini.
Gue lupa dengan tanggal pastinya kapan gue bertemu dengan perempuan ini, namun yang terekam di bayang gue ialah pertemuan saat gue sedang menjalani sebuah kepanitiaan di kampus untuk sebuah program kerja akhir kepengurusan. Sebagai mahasiswa baru yang terpilih untuk masuk dalam kepanitiaan adalah suatu hal yang luar biasa dan beruntungnya rasa untuk menambah pengalaman dalam kepanitiaan yang berbeda dari tingkat SMA ke Kuliah menjadi tambahan lainnya.
Gue dalam kepanitiaan tersebut menjadi sie perlengkapan yang akan mengurusi segala perlengkapan untuk sidang hingga menyiapkan tempatnya segala, dan saat itu pula sebuah pertemuan dengan seorang perempuan yang menarik perhatian gue karena entahlah gue pun akan bingung menjelaskan sebuah alasan tertentu yang memberikan sebuah jawaban tertentu untuk hal itu.
Pada pertemuan pertama dan kesekian kalinya hanya menjadi sebuah pertemuan biasa, gue sebagai panitia dan mengisi waktu senggang gue yang teramat banyak itu sehingga gue sering ikut melihat latihan para calon pemimpin sidang yang akan mempimpin sidang akhir tahun dalam kepengurusan sebuah organisasi kemahasiswaan.
Nama perempuan tersebut ialah Tio Uli, perempuan yang menarik dan begitu istimewa untuk banyak orang. Entahlah benar atau tidak tapi menurut gue Iya.
Seperti banyakan anak cowok yang lainnya yang mudah tertarik dengan perempuan dan demikianlah diri gue, untuk soal proses perkenalannya pun gue bingung gimana caranya yang pasti semua mengalir begitu saja. Pada saat dalam kepanitiaan tersebut, gue hanya tertarik biasa dan yang menjadi alasan lainnya adalah gue pun sedang tertarik dengan perempuan lain. Haaaah... jangan salah mengira bahwa gue adalah seorang playboy cap kelas tempe, nope! Tapi gue memang selalu tertarik untuk berkenalan dengan perempuan yang memang menarik perhatian.
Iya, dalam berjalannya hari pun gue tidak terlalu banyak mengenal dirinya paling cuma ngobrol sebentar atau menyemangati dirinya saat sedang latihan atau saat menjelang hari H acara tersebut. Selebihnya? Tidak ada.
Setelah acara itu, tidak ada sama sekali perkembangan yang waaaah. Gue dan Tio pun kalau bertemu cuma di ruang PMK, itu pun karena gue masih sering untuk nongkrong disana. Sampai suatu saat menjadi agak aneh dengan sering nonton bareng, iya ketemu dimana terus nonton film baru di bioskop mana, terus berulang dan tidak ada yang lain lagi. Setelah lumayan sering nonton bareng pun kadang gue dengan senang hati ngebantu dia kalau lagi ada tugas kuliahnya, karena jam kosong yang gue miliki semakin banyak di semester ketiga dan keempat. Huooow!
Dan sampai sekarang pun demikian. Tidak ada sebuah hal yang lebih dari itu semua. Namun, kenapa gue memberikan hadiah ini melalui tulisan ini, karena gue berpikir kalau melalui kado dalam bentuk barang atau lainnya itu terlalu mainstream dan gue berpendapat melalui tulisan itu anti mainstream.
Agak aneh memang bila dibayangkan,tapi tenang jangan membayangkan hal ini dan jangan pernah dicoba atau pun ditiru karena ini adalah sebuah tindakan bodoh yang gue lakukan dengan tingkat kestressan sedang meningkat karena pertanyaan dan ucapan nyokap sama adek gue mengenai kapan buku terbit? Pertamanya bilang bulan Agustus, terus Oktober, sekarang udah setahun engga terbit-terbit! Menulis itu memang agak aneh dan dibutuhkan sebuah komitmen dan sayangnya gue memiliki niat yang besar tidak diikuti dengan komitmen yang besar pula.
Duuuh... kan mulai ngawur!
Oke, selamat ulang tahun Tio Uli yang kedua puluh satu, semoga menjadi garam dan terang di sekitar dan bersinar seperti bintang yang berkilauan di malam yang cerah seperti masa depan lo yang bakal cerah. Daaaaaan, terakhir selamat telah lulus dalam dunia perkuliahannya, cepet banget sih lulusnya padahal gue aja masih lamaaaaaaaa untuk lulusnya.hahaha
Jangan pernah padamkan Roh yang menyala-nyala dalam diri lo! Yang terbaik dari Tuhan yang akan menyertai setiap langkahmu, teman! Sekali lagi dan untuk terakhir dalam tulisan ini,

Selamat bertambah tua dan tetap menjadi muda!

Monday, August 19, 2013

bagian kedua...

Pra-Ospek!!

Setelah menjalani libur yang berkepanjangan gue sampai lupa dengan yang namanya bangun pagi dan ini hari Rabu yang seharusnya dihabiskan untuk berleha-leha di rumah, tapi ini gue harus bangun pagi hanya untuk ke kampus untuk sebuah hal yang entah akan membuat gue akan seperti apa nantinya.
Disuruh datang ke kampus itu jam 7 apa setengah 8 dan dari rumah berangkat jam 6, tapi tunggu dulu itu berangkat dari rumah pun harus nganterin abang gue kerja dan kantornya di sekitaran Tanjung Priok sedangkan kampus gue? Rawamangun! Sepanjang jalan gue hanya bisa lihatin jam dengan sebuah rasa takut untuk telat.
Akhirnya dengan sebuah keajaiban jalan Jakarta yang lenggang membuat gue sampai di kampus pas-pasan menurut jam tangan gue, sedangkan menurut jam para seniornya udah telat meski hanya telat sedikit sih tapi tetap aja. Gue kalap sendiri mencari rombongan jurusan gue baris dimana, beruntungnya ada senior yang membantu gue untuk menemukan rombongan jurusan gue dibariskan.
Gue masuk ke barisan dan duduk di paling belakang, lalu gue merasa ada yang tidak benar dengan barisan yang gue tempati ini, gue menengok ke kanan dan kirinya itu jumlah anak cowoknya banyak, sedangkan barisan gue untuk membuat satu tim bola tanpa cadangan sama sekali aja engga sampai. Itu jumlah anak cowok di angkatan gue, hitungan jari MAAAAAN!!!
Lagi enak duduk dan menyimak apa yang sedang dikatakan senior di depan, tiba-tiba sebelah kanan gue ngajak kenalan dengan senyum yang mencurigakan, orang ini memiliki perawakan mirip kaya pencuri donat yaitu De Gea cuma bedanya calon teman gue ini versi lebih kecilnya.
“Nama gue Geraldy!” ucap Gerald memperkenalkan dirinya dengan menyodorkan tangannya ke arah gue.
“Jona!” balas gue memperkenalkan diri dengan tenang dan pura-pura cuek ketika melihat tangan kirinya yang sedang di gibs.
Ternyata, oh ternyata... bukan gue yang paling akhir dan telat di jurusan gue tetapi ada satu orang lagi yang udah kaya mantan napi atau orang yang terobsesi masuk Akmil tapi engga jadi. Tinggi, agak hitam, dengan rambut yang plontos, di tambah lagi dia memakai jaket loreng. Namanya Marcel, dia memiliki alasan yang kuat kenapa dia telat karena rumahnya di Bogor.
***
Matahari mulai lucu bersinar di atas kami dan tampaknya para senior belum sadar kalau siang itu terik. Mereka belum memberikan kebaikan mereka untuk memindahkan kami yang duduk kepanasan di teriknya matahari, di rombongan gue atau lebih tepatnya orang-orang yang duduk dibelakang itu ngobrol sendiri dan engga merhatiin apa yang diomongin sama senior yang bercuap-cuap tidak jelas di depan.
Akhirnya! Akhirnya! Tuhan memang baik! Akhirnya kami semua dipindahkan ke dalam aula perpustakaan. Harapan gue pertama, seenggaknya di dalam aula ada AC dan dingin. Ternyata, harapan gue hanya menjadi sebuah harapan belaka, dengan jumlah yang begitu banyak membuat AC yang ada di dalam aula tersebut rasanya tidak berguna sama sekali yang membuat beda cuma, tadi duduk di lapangan, sekarang duduk di lantai, tadi duduk beratapkan matahari yang bersinar lucuk, sekarang duduk beratapkan langit-langit, dan panasnya pun sama aja.
Setelah duduk di dalam, rasanya penderitaan dengan jumlah mahasiswanya yang dikit itu belum usai. Untuk menghemat tempat, jadinya barisan jurusan gue yang sudah sedikit ini digabung dengan jurusan Bahasa Perancis yang begitu mendominasi barisan dengan jumlah pasukan cowoknya banyak!
Belum sah rasanya kalau belum menandai tempat dimana gue berpijak, setelah mengetahui tempat duduk dimana, gue langsung kabur ke kamar mandi untuk menandainya. Di kamar mandi gue bertemu dengan dua orang yang absurd dari jurusan yang berbeda dan dengan nama yang sama, mereka sama-sama namanya Yohanes, yang satu jurusan Musik dan yang satu lagi jurusan Rupa. Ketika membuang air kecil di toilet, ada obrolan yang absurd yang aneh dan rumah kami bertiga sama-sama di Bekasi yang membuat sebuah ironi ternyata kami searah. Akhirnya, sebelum keluar dari kamar mandi, janjian untuk pulang bareng.
Kembali lagi ke barisan, sedang ada perkenalan dari berbagai BEM Jurusan, panitia MPA, dan anggota BEM Fakultas. Setiap ada orang yang masuk, selalu berteriak dengan ‘Hidup Mahasiswa!’ , bukan cuma kakak seniornya tapi kalau dosen masuk pun teriak kaya gitu. Dalam benak gue berpikir, jangan-jangan nanti kalau kuliah setiap awal pelajaran ketika dosen yang ngajar masuk harus teriak kaya gitu.
Akhirnya, saat-saat yang ditunggu tiba. Mencari ketua angkatan halusnya, kalau kasarnya sih yang bisa disalahkan dan di minta tanggung jawabnya kalau angkatannya selama MPA engga kompak. Satu per satu jurusan telah saling menunjuk siapa yang mewakili jurusan mereka, ketika sampai di jurusan gue... berubah! Gue menyamar jadi anak Arab dengan masuk ke barisan mereka untuk cari aman dan ternyata yang lain juga melakukan hal yang sama.
Beruntung banget! Mungkin karena kepolosan dia atau engga dengar, dia menjadi korban yang akan dipersembahkan untuk mewakili anak cowok jurusan gue yang sedikit ini. Marcel maju dengan planga-plongo yang tidak tahu apa-apa, udah kaya anak kambing yang mau disembelih!
Semuanya perwakilan sudah maju dan barisan jurusan gue kembali lagi setelah sudah ada yang dikorbankan untuk mewakili jurusan.
Ketika gue melihat ke depan, ternyata manusia absurd yang gue ketemu di kamar mandi tadi maju ke depan dan dia pun sama kaya Marcel jadi korban keganasan teman sejurusannya. Para perwakilan diminta untuk menampilkan sebuah penampilan di depan kami semua, ada yang nyanyi dengan bahasa perancis, ada yang berpuisi, ada yang berlengak-lengok seperti model, dan ada pula yang tampil dengan rap dadakan. Marcel sempat bingung mau nampilin apa awalnya, namun entah kenapa dia malah memilih untuk nge-rap tapi itu menjadi kesalahan dirinya yang membuat gue ketawa puas melihat dia. mungkin, karena dia gugup sampai lupa dengan liriknya berulang-ulang kali.
Yang menjadi ketua angkatan atau disebut abang none itu, Yohanes yang teman gue ketemu di kamar mandi dan mulai dari waktu tersebut mendapatkan panggilan baru yaitu, Parto! Karena kemiripannya kata yang lain, lalu yang menjadi nonenya ialah gue lupa namanya siapa karena dia beda jurusan sama gue dan gue engga pernah kenalan sama dia.
***
Waktunya Ishoma!
“Yeaaaah!! Kembali menghirup udara segar!” teriak gue dalam hati kegirangan.
Menunggu giliran keluar dari dalam ruangan ini pun udah kaya nunggu sembako, lama bener antreannya. Setelah semua buku catatan tentang keperluan yang bakal dipakai untuk ospek udah dimasukkin, gue bersiap-siap untuk keluar dari ruangan yang pengap ini dan bersiap untuk masuk ke ruangan baru yang tidak tahu dimana dan akan seperti apa selanjutnya.
Ketika semuanya telah keluar, yang kristen dikumpulin satu kelompok dan dibawa ke satu ruangan, dan yang lainnya dibawa ke masjid untuk sholat. Gue berjalan bareng sama teman gue Gerald yang menebarkan pesonanya dan dalam perjalanan gue akhirnya penasaran karena apa tangannya di gibs.
“Ger... lo kecelakaan apaan sampai bisa di gibs tangan lo?” tanya gue memperhatikan tangannya.
Daaaaaaan Gerald malah senyum sambil nunjuk ke arah tangannya tersebut. “Oh, ini karea gue jatuh dari motor pas masukin motor gue ke dalam rumah.” Jawabnya bersemangat saat itu.
Demi menjaga perasaannya, gue hanya tersenyum ketika mendengar tersebut, padahal dalam hati ketawa membayangkan tersebut.
Sampai ruangan, lagi-lagi gue ketemu sama orang yang absrud tadi dan ini bukan cuma dua tapi ternyata jurusannya makin absurd dan makin gila tingkahnya. Di dalam ruangan tersebut, kami hanya saling berkenalan satu sama lain sambil menyantap bekal siang bila bawa. Gue adalah seorang yang malas untuk membawa bekal dan beruntungnya gue kenal dengan Gerald yang bawa roti banyak jadi gue bisa dapat makanan dari dia.
Di dalam ruangan ini, setidaknya ada beberapa hal yang gue dapatkan, mencari mahasiswi kristen yang cakep yang mana aja dan gue menemukan satu yaitu anak tari. Akhirnya perpisahan itu pun tiba dan kami dikembalikan ke senior kami masing untuk dibawa ke tempat selanjutnya yang sudah terpisah sesuai dengan jurusan masing-masing.
***
Kegiatan senang-senang pun mendadak hilang ketika kembali dan kegiatan catat mencatat pun kembali lagi. Mencatat keperluan untuk ospek jurusan dan yel-yelnya, tidak sampai disana ke kampretan yang paling jelas adalah yel-yelnya pakai bahasa Jerman. GUE SAMA SEKALI ENGGA NGERTI NGUCAPNYA!
Setelah nyatet, ada sedikit istirahat dengan bersenang-senang sambil kenalan dengan sesama Maba dan Seniornya dengan bermain lempar bola. Sedikit. Hanya memberikan sedikit ketenangan saja. Habis main-mainnya selesai, hal buruk terjadi. Langit saat itu berubah menjadi mendung dengan kicauan gagak yang mengiringinya, pasukan yang memiliki wajah yang menurut gue bukan beda satu tahun tapi lebiiiih maju ke depan dan memperkenalkan diri mereka adalah Seksi Disipilin yang berguna untuk mendisiplinkan para Maba yang bandel dan atribut tidak lengkap.
Gertakan mereka dimulai dari mencari orang-orang yang telat masuk dan gue masuk dalam golongan ini, namun beruntungnya gue mendapatkan bantuan dari senior lainnya yang memang bareng gue. tapi itu tidak cukup, tetap aja kena hukuman gue. lalu setelah yang telat, mereka mengincar pakaian dan sepatu. Hingga akhirnya banyak yang kena hukuman dari mereka dan dikumpulkan pada saat ospek jurusan.
Tidak cukup penderitaan di pra-ospek ini, mereka membuat penderitaan ini seperti lengkap dengan terus latihan yel-yelnya biar kompak katanya. Sampai akhirnya jam lima yang membuat mereka menyerah sendiri karena disuruh panitia yang lainnya harus dipulangin karena udah kesorean.

Ini baru Pra, gimana merasakan ospeknya yang beneran dengan atribut yang bikin males gini?

Je-Be-Je

Perkenalkan nama gue, Jona calon mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sebagai seorang calon mahasiswa baru yang baik dan terpesona dengan segala keindahan cerita kuliah di FTV yang begitu menjerumuskan orang dengan keindahannya, dimana kuliah bisa seenak jidatnya untuk masuk dan keluar kelas, bahkan sampai bisa pacaran di dalam kelas. Dipikiran gue saat itu, enak juga ya jadi anak kuliahan, bisa bebas!
Beberapa hari setelah pengumuman tentang penerimaan mahasiswa baru yang akhirnya membuat nama gue pertama kalinya masuk ke dalam koran! Akhirnya sujud syukur! Gue sebagai seorang yang buta dengan tentang kampus dan paling males kalau berangkat sendiri untuk ngurus hal itu, dengan sangat baiknya seorang cowok yang sudah memiliki KTP mengurus segala keperluannya bersama dengan keluarga lengkap mendampinginya!
Hari pertama lapor diri, ambil berkas dari bagian administrasi universitas dan ibu-ibu yang berada dalam gedung setelah memberikan satu map menyuruh gue untuk ke senior yang sesuai fakultas untuk lapor diri ke Fakultas dan Jurusan. Tanpa pikir panjang gue percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibu-ibu itu, sebelum gue sempat menghampiri para senior itu ternyata mereka sudah berdiri di samping gue dengan senyum yang menyeramkan untuk gue.
“Dari jurusan mana? Coba di data dulu, Dek!” Ucap senior dengan segala kehangatan ketika menerima seorang mahasiswa baru.
Gue hanya cengar-cengir dan menulis data yang di minta dalam selembar kertas kakak senior itu, sebelumnya gue perhatiin dari deretan nama yang sudah lapor diri itu... gila yang sejurusan sama gue dikit! Kampret!
Setelah nulis data, gue dibawa ke suatu tempat oleh senior itu dengan alasan ada wawancara. Cuaca saat itu lagi mendung cantik dan gue dibawa kemana pun enggak dikasih tahu sama seniornya, untung senior yang bawa gue cewek dan ada dua orang cewek mahasiswa baru lagi yang perginya bareng gue. dari salah satu mahasiswa baru itu, ada satu muka yang farmiliar buat gue tapi gue dan dia sama-sama enggak pernah saling kenal, jadi ya udah daripada ambil pusing dan dibilang sok gimana jadinya gue pun pura-pura kalau enggak kenal juga.
Tempat pertama. Ruang sempit nan mungil nan kecil dengan cat berwarna pink!
“Selamat datang ke ruang BEM Fakultas Bahasa dan Seni, maaf ya kalau ruangannya berantakkan!” sambut kakak senior perempuan dengan senyum-senyum yang akhirnya pun gue dan dua orang tadi membalas senyumnya.
“Kalian isi formulir ini dulu ya buat di data. Sebelum masuk wawancaranya!” Lanjut kakak perempuan ini sambil menyerahkan formulir dan selembar kertas yang di cap sebagai bukti bila sudah mengikuti wawancara di BEM Fakultas.
Sebenarnya gue pengen bilang tadikan udah nulis data tapi berhubung gue calon junior yang baik, jadinya gue nurut aja sama permintaan dari calon senior. Setelah menulis data, kami bertiga pun di pencar dalam wawancaranya, berhubung karena mereka sejurusan dan sama-sama cewek jadi dengan alasan itu mereka di wawancaranya barengan, sedangkan gue sendiri sama senior yang kelihatan asyik. Dari yang gue lihat seharusnya banyak pertanyaan di kertas itu, gue cuma di tanya tiga atau empat pertanyaan setelah itu selesai, padahal teman yang barena sama gue tadi belum kelar.
Oleh senior gue yang ternyata anak jurusan Bahasa Inggris tadi, gue di bawa ke tempat kedua.
Tempat kedua. Ruang yang agak kegedean nan berantakan.
“Permisi, ini ada mahasiswa baru jurusan Bahasa Jerman...” kata senior yang membawa gue tadi ke orang-orang yang berada di dalam ruangan itu dan langsung pergi meninggalkan gue yang masih dengan kepolosan mengamati ruangan itu.
Awalnya gue berpikir kalau, para senior itu menyeramkan dan galak-galak ternyata ketika gue bertatapan langsung. Biasa aja.
“Halo... silahkan mengisi data ini dan kalau ada yang enggak ngerti tanya aja ya,” seorang senior cowok dengan senyum menyerahkan kertas yang lumayan tebal dari sebelumnya.
Ini gue mau kuliah atau ngapain sih, kayaknya dari tadi nulis data mulu! Rutuk gue dalam hati.
Sambil mengisi data dan pertanyaan wawancara yang tersedia di kertas itu, gue pun ikutan nguping pembicaraan gosip para perempuan. Mulai dari kejengkelan mereka dengan dosen dan curhat mereka tentang perkuliahan, hingga akhirnya seorang perempuan yang bernama Maya bertanya kepada gue yang masih asyik ngisi.
“Lo kenapa pilih Bahasa Jerman?” tanya Maya dengan cukup bersahabat sambil mengamati tulisan gue.
“Karena peluangnya gede,” jawab gue singkat dan tenang.
“Awalnya, di SMA udah belajar Bahasa Jerman?”
Gue menggeleng lemah dan menatap bingung Maya yang malah melanjutkan obrolannya dengan teman-temannya lagi.
“Ini ka, terus kemana lagi?” tanya gue bingung memberikan kertas yang sudah gue isi dengan asal-asalan dan mempertimbangkan keamanan dari setiap jawaban yang gue berikan itu.
“Ini yang non, wawancaranya dimana?” Maya terlihat bingung sendiri untuk menjawab dan teman-temannya yang lain pun pada enggak tahu, “Yaudah deh, kalau gitu selesai aja, nanti kita kabarin lagi ya, Danke!”
Akhirnya selesai juga hari pertama yang cukup aneh ini, besok gue kembali lagi untuk mengurus yang belum selesai hari ini.
***
Hari kedua.
Hujan masih setia menguyur kota Jakarta dan berhubung karena hujan akhirnya kembali datang ke kampus bersama keluarga, lengkap!
Kembali menghampiri loket tempat kemarin dan menyerahkan bukti pembayaran beserta dengan data pribadi, setelah itu disuruh untuk tes kesehatan mulai dari rontgen sampai tes buta warna.
Sambil antre, mata pun berkeliaran untuk melihat cewek yang cakep dan dari semua yang terlihat mereka bersama dengan seorang cowok yang setia menemaninya dan kalau pun ada paling banter bareng sama bokap atau nyokap di sampingnya. Akhirnya gue mengurungkan niat gue untuk ajak kenalan dan menunggu dengan segala kebosanan yang hinggap dalam diri gue.
Akhirnya semua kegiatan hari ini pun berlalu, sebuah berkas yang diminta akhir komplit dan secara sah sudah beralih status dari siswa menjadi mahasiswa. Menempuh satu jenjang kehidupan yang lebih terlihat menyenangkan dan santai, kelihatannya.

Dan dua minggu lagi baru akan kembali ke kampus ini untuk pembekalan ospek. Tunggu! Ospek? Hal yang membosankan dan menyeramkan itu harus gue jalani, entah apa yang akan terjadi pada hidup gue nanti. Boleh di skip enggak ospeknya?