Perkenalkan nama gue, Jona
calon mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta. Sebagai
seorang calon mahasiswa baru yang baik dan terpesona dengan segala keindahan
cerita kuliah di FTV yang begitu menjerumuskan orang dengan keindahannya,
dimana kuliah bisa seenak jidatnya untuk masuk dan keluar kelas, bahkan sampai
bisa pacaran di dalam kelas. Dipikiran gue saat itu, enak juga ya jadi anak kuliahan, bisa bebas!
Beberapa hari setelah pengumuman
tentang penerimaan mahasiswa baru yang akhirnya membuat nama gue pertama
kalinya masuk ke dalam koran! Akhirnya sujud syukur! Gue sebagai seorang yang
buta dengan tentang kampus dan paling males kalau berangkat sendiri untuk
ngurus hal itu, dengan sangat baiknya seorang cowok yang sudah memiliki KTP
mengurus segala keperluannya bersama dengan keluarga lengkap mendampinginya!
Hari pertama lapor diri, ambil
berkas dari bagian administrasi universitas dan ibu-ibu yang berada dalam
gedung setelah memberikan satu map menyuruh gue untuk ke senior yang sesuai
fakultas untuk lapor diri ke Fakultas dan Jurusan. Tanpa pikir panjang gue
percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibu-ibu itu, sebelum gue sempat
menghampiri para senior itu ternyata mereka sudah berdiri di samping gue dengan
senyum yang menyeramkan untuk gue.
“Dari jurusan mana? Coba di data
dulu, Dek!” Ucap senior dengan segala kehangatan ketika menerima seorang
mahasiswa baru.
Gue hanya cengar-cengir dan
menulis data yang di minta dalam selembar kertas kakak senior itu, sebelumnya
gue perhatiin dari deretan nama yang sudah lapor diri itu... gila yang
sejurusan sama gue dikit! Kampret!
Setelah nulis data, gue dibawa ke
suatu tempat oleh senior itu dengan alasan ada wawancara. Cuaca saat itu lagi
mendung cantik dan gue dibawa kemana pun enggak dikasih tahu sama seniornya,
untung senior yang bawa gue cewek dan ada dua orang cewek mahasiswa baru lagi
yang perginya bareng gue. dari salah satu mahasiswa baru itu, ada satu muka
yang farmiliar buat gue tapi gue dan dia sama-sama enggak pernah saling kenal,
jadi ya udah daripada ambil pusing dan dibilang sok gimana jadinya gue pun
pura-pura kalau enggak kenal juga.
Tempat pertama. Ruang sempit nan
mungil nan kecil dengan cat berwarna pink!
“Selamat datang ke ruang BEM
Fakultas Bahasa dan Seni, maaf ya kalau ruangannya berantakkan!” sambut kakak
senior perempuan dengan senyum-senyum yang akhirnya pun gue dan dua orang tadi
membalas senyumnya.
“Kalian isi formulir ini dulu ya
buat di data. Sebelum masuk wawancaranya!” Lanjut kakak perempuan ini sambil
menyerahkan formulir dan selembar kertas yang di cap sebagai bukti bila sudah
mengikuti wawancara di BEM Fakultas.
Sebenarnya gue pengen bilang
tadikan udah nulis data tapi berhubung gue calon junior yang baik, jadinya gue
nurut aja sama permintaan dari calon senior. Setelah menulis data, kami bertiga
pun di pencar dalam wawancaranya, berhubung karena mereka sejurusan dan
sama-sama cewek jadi dengan alasan itu mereka di wawancaranya barengan,
sedangkan gue sendiri sama senior yang kelihatan asyik. Dari yang gue lihat
seharusnya banyak pertanyaan di kertas itu, gue cuma di tanya tiga atau empat
pertanyaan setelah itu selesai, padahal teman yang barena sama gue tadi belum
kelar.
Oleh senior gue yang ternyata
anak jurusan Bahasa Inggris tadi, gue di bawa ke tempat kedua.
Tempat kedua. Ruang yang agak
kegedean nan berantakan.
“Permisi, ini ada mahasiswa baru
jurusan Bahasa Jerman...” kata senior yang membawa gue tadi ke orang-orang yang
berada di dalam ruangan itu dan langsung pergi meninggalkan gue yang masih
dengan kepolosan mengamati ruangan itu.
Awalnya gue berpikir kalau, para
senior itu menyeramkan dan galak-galak ternyata ketika gue bertatapan langsung.
Biasa aja.
“Halo... silahkan mengisi data
ini dan kalau ada yang enggak ngerti tanya aja ya,” seorang senior cowok dengan
senyum menyerahkan kertas yang lumayan tebal dari sebelumnya.
Ini
gue mau kuliah atau ngapain sih, kayaknya dari tadi nulis data mulu! Rutuk
gue dalam hati.
Sambil mengisi data dan
pertanyaan wawancara yang tersedia di kertas itu, gue pun ikutan nguping
pembicaraan gosip para perempuan. Mulai dari kejengkelan mereka dengan dosen
dan curhat mereka tentang perkuliahan, hingga akhirnya seorang perempuan yang
bernama Maya bertanya kepada gue yang masih asyik ngisi.
“Lo kenapa pilih Bahasa Jerman?”
tanya Maya dengan cukup bersahabat sambil mengamati tulisan gue.
“Karena peluangnya gede,” jawab
gue singkat dan tenang.
“Awalnya, di SMA udah belajar
Bahasa Jerman?”
Gue menggeleng lemah dan menatap
bingung Maya yang malah melanjutkan obrolannya dengan teman-temannya lagi.
“Ini ka, terus kemana lagi?”
tanya gue bingung memberikan kertas yang sudah gue isi dengan asal-asalan dan
mempertimbangkan keamanan dari setiap jawaban yang gue berikan itu.
“Ini yang non, wawancaranya
dimana?” Maya terlihat bingung sendiri untuk menjawab dan teman-temannya yang
lain pun pada enggak tahu, “Yaudah deh, kalau gitu selesai aja, nanti kita
kabarin lagi ya, Danke!”
Akhirnya selesai juga hari
pertama yang cukup aneh ini, besok gue kembali lagi untuk mengurus yang belum
selesai hari ini.
***
Hari kedua.
Hujan masih setia menguyur kota
Jakarta dan berhubung karena hujan akhirnya kembali datang ke kampus bersama
keluarga, lengkap!
Kembali menghampiri loket tempat
kemarin dan menyerahkan bukti pembayaran beserta dengan data pribadi, setelah
itu disuruh untuk tes kesehatan mulai dari rontgen sampai tes buta warna.
Sambil antre, mata pun
berkeliaran untuk melihat cewek yang cakep dan dari semua yang terlihat mereka
bersama dengan seorang cowok yang setia menemaninya dan kalau pun ada paling
banter bareng sama bokap atau nyokap di sampingnya. Akhirnya gue mengurungkan
niat gue untuk ajak kenalan dan menunggu dengan segala kebosanan yang hinggap
dalam diri gue.
Akhirnya semua kegiatan hari ini
pun berlalu, sebuah berkas yang diminta akhir komplit dan secara sah sudah
beralih status dari siswa menjadi mahasiswa. Menempuh satu jenjang kehidupan
yang lebih terlihat menyenangkan dan santai, kelihatannya.
Dan dua minggu lagi baru akan
kembali ke kampus ini untuk pembekalan ospek. Tunggu! Ospek? Hal yang
membosankan dan menyeramkan itu harus gue jalani, entah apa yang akan terjadi
pada hidup gue nanti. Boleh di skip
enggak ospeknya?
No comments:
Post a Comment