Monday, August 19, 2013

bagian kedua...

Pra-Ospek!!

Setelah menjalani libur yang berkepanjangan gue sampai lupa dengan yang namanya bangun pagi dan ini hari Rabu yang seharusnya dihabiskan untuk berleha-leha di rumah, tapi ini gue harus bangun pagi hanya untuk ke kampus untuk sebuah hal yang entah akan membuat gue akan seperti apa nantinya.
Disuruh datang ke kampus itu jam 7 apa setengah 8 dan dari rumah berangkat jam 6, tapi tunggu dulu itu berangkat dari rumah pun harus nganterin abang gue kerja dan kantornya di sekitaran Tanjung Priok sedangkan kampus gue? Rawamangun! Sepanjang jalan gue hanya bisa lihatin jam dengan sebuah rasa takut untuk telat.
Akhirnya dengan sebuah keajaiban jalan Jakarta yang lenggang membuat gue sampai di kampus pas-pasan menurut jam tangan gue, sedangkan menurut jam para seniornya udah telat meski hanya telat sedikit sih tapi tetap aja. Gue kalap sendiri mencari rombongan jurusan gue baris dimana, beruntungnya ada senior yang membantu gue untuk menemukan rombongan jurusan gue dibariskan.
Gue masuk ke barisan dan duduk di paling belakang, lalu gue merasa ada yang tidak benar dengan barisan yang gue tempati ini, gue menengok ke kanan dan kirinya itu jumlah anak cowoknya banyak, sedangkan barisan gue untuk membuat satu tim bola tanpa cadangan sama sekali aja engga sampai. Itu jumlah anak cowok di angkatan gue, hitungan jari MAAAAAN!!!
Lagi enak duduk dan menyimak apa yang sedang dikatakan senior di depan, tiba-tiba sebelah kanan gue ngajak kenalan dengan senyum yang mencurigakan, orang ini memiliki perawakan mirip kaya pencuri donat yaitu De Gea cuma bedanya calon teman gue ini versi lebih kecilnya.
“Nama gue Geraldy!” ucap Gerald memperkenalkan dirinya dengan menyodorkan tangannya ke arah gue.
“Jona!” balas gue memperkenalkan diri dengan tenang dan pura-pura cuek ketika melihat tangan kirinya yang sedang di gibs.
Ternyata, oh ternyata... bukan gue yang paling akhir dan telat di jurusan gue tetapi ada satu orang lagi yang udah kaya mantan napi atau orang yang terobsesi masuk Akmil tapi engga jadi. Tinggi, agak hitam, dengan rambut yang plontos, di tambah lagi dia memakai jaket loreng. Namanya Marcel, dia memiliki alasan yang kuat kenapa dia telat karena rumahnya di Bogor.
***
Matahari mulai lucu bersinar di atas kami dan tampaknya para senior belum sadar kalau siang itu terik. Mereka belum memberikan kebaikan mereka untuk memindahkan kami yang duduk kepanasan di teriknya matahari, di rombongan gue atau lebih tepatnya orang-orang yang duduk dibelakang itu ngobrol sendiri dan engga merhatiin apa yang diomongin sama senior yang bercuap-cuap tidak jelas di depan.
Akhirnya! Akhirnya! Tuhan memang baik! Akhirnya kami semua dipindahkan ke dalam aula perpustakaan. Harapan gue pertama, seenggaknya di dalam aula ada AC dan dingin. Ternyata, harapan gue hanya menjadi sebuah harapan belaka, dengan jumlah yang begitu banyak membuat AC yang ada di dalam aula tersebut rasanya tidak berguna sama sekali yang membuat beda cuma, tadi duduk di lapangan, sekarang duduk di lantai, tadi duduk beratapkan matahari yang bersinar lucuk, sekarang duduk beratapkan langit-langit, dan panasnya pun sama aja.
Setelah duduk di dalam, rasanya penderitaan dengan jumlah mahasiswanya yang dikit itu belum usai. Untuk menghemat tempat, jadinya barisan jurusan gue yang sudah sedikit ini digabung dengan jurusan Bahasa Perancis yang begitu mendominasi barisan dengan jumlah pasukan cowoknya banyak!
Belum sah rasanya kalau belum menandai tempat dimana gue berpijak, setelah mengetahui tempat duduk dimana, gue langsung kabur ke kamar mandi untuk menandainya. Di kamar mandi gue bertemu dengan dua orang yang absurd dari jurusan yang berbeda dan dengan nama yang sama, mereka sama-sama namanya Yohanes, yang satu jurusan Musik dan yang satu lagi jurusan Rupa. Ketika membuang air kecil di toilet, ada obrolan yang absurd yang aneh dan rumah kami bertiga sama-sama di Bekasi yang membuat sebuah ironi ternyata kami searah. Akhirnya, sebelum keluar dari kamar mandi, janjian untuk pulang bareng.
Kembali lagi ke barisan, sedang ada perkenalan dari berbagai BEM Jurusan, panitia MPA, dan anggota BEM Fakultas. Setiap ada orang yang masuk, selalu berteriak dengan ‘Hidup Mahasiswa!’ , bukan cuma kakak seniornya tapi kalau dosen masuk pun teriak kaya gitu. Dalam benak gue berpikir, jangan-jangan nanti kalau kuliah setiap awal pelajaran ketika dosen yang ngajar masuk harus teriak kaya gitu.
Akhirnya, saat-saat yang ditunggu tiba. Mencari ketua angkatan halusnya, kalau kasarnya sih yang bisa disalahkan dan di minta tanggung jawabnya kalau angkatannya selama MPA engga kompak. Satu per satu jurusan telah saling menunjuk siapa yang mewakili jurusan mereka, ketika sampai di jurusan gue... berubah! Gue menyamar jadi anak Arab dengan masuk ke barisan mereka untuk cari aman dan ternyata yang lain juga melakukan hal yang sama.
Beruntung banget! Mungkin karena kepolosan dia atau engga dengar, dia menjadi korban yang akan dipersembahkan untuk mewakili anak cowok jurusan gue yang sedikit ini. Marcel maju dengan planga-plongo yang tidak tahu apa-apa, udah kaya anak kambing yang mau disembelih!
Semuanya perwakilan sudah maju dan barisan jurusan gue kembali lagi setelah sudah ada yang dikorbankan untuk mewakili jurusan.
Ketika gue melihat ke depan, ternyata manusia absurd yang gue ketemu di kamar mandi tadi maju ke depan dan dia pun sama kaya Marcel jadi korban keganasan teman sejurusannya. Para perwakilan diminta untuk menampilkan sebuah penampilan di depan kami semua, ada yang nyanyi dengan bahasa perancis, ada yang berpuisi, ada yang berlengak-lengok seperti model, dan ada pula yang tampil dengan rap dadakan. Marcel sempat bingung mau nampilin apa awalnya, namun entah kenapa dia malah memilih untuk nge-rap tapi itu menjadi kesalahan dirinya yang membuat gue ketawa puas melihat dia. mungkin, karena dia gugup sampai lupa dengan liriknya berulang-ulang kali.
Yang menjadi ketua angkatan atau disebut abang none itu, Yohanes yang teman gue ketemu di kamar mandi dan mulai dari waktu tersebut mendapatkan panggilan baru yaitu, Parto! Karena kemiripannya kata yang lain, lalu yang menjadi nonenya ialah gue lupa namanya siapa karena dia beda jurusan sama gue dan gue engga pernah kenalan sama dia.
***
Waktunya Ishoma!
“Yeaaaah!! Kembali menghirup udara segar!” teriak gue dalam hati kegirangan.
Menunggu giliran keluar dari dalam ruangan ini pun udah kaya nunggu sembako, lama bener antreannya. Setelah semua buku catatan tentang keperluan yang bakal dipakai untuk ospek udah dimasukkin, gue bersiap-siap untuk keluar dari ruangan yang pengap ini dan bersiap untuk masuk ke ruangan baru yang tidak tahu dimana dan akan seperti apa selanjutnya.
Ketika semuanya telah keluar, yang kristen dikumpulin satu kelompok dan dibawa ke satu ruangan, dan yang lainnya dibawa ke masjid untuk sholat. Gue berjalan bareng sama teman gue Gerald yang menebarkan pesonanya dan dalam perjalanan gue akhirnya penasaran karena apa tangannya di gibs.
“Ger... lo kecelakaan apaan sampai bisa di gibs tangan lo?” tanya gue memperhatikan tangannya.
Daaaaaaan Gerald malah senyum sambil nunjuk ke arah tangannya tersebut. “Oh, ini karea gue jatuh dari motor pas masukin motor gue ke dalam rumah.” Jawabnya bersemangat saat itu.
Demi menjaga perasaannya, gue hanya tersenyum ketika mendengar tersebut, padahal dalam hati ketawa membayangkan tersebut.
Sampai ruangan, lagi-lagi gue ketemu sama orang yang absrud tadi dan ini bukan cuma dua tapi ternyata jurusannya makin absurd dan makin gila tingkahnya. Di dalam ruangan tersebut, kami hanya saling berkenalan satu sama lain sambil menyantap bekal siang bila bawa. Gue adalah seorang yang malas untuk membawa bekal dan beruntungnya gue kenal dengan Gerald yang bawa roti banyak jadi gue bisa dapat makanan dari dia.
Di dalam ruangan ini, setidaknya ada beberapa hal yang gue dapatkan, mencari mahasiswi kristen yang cakep yang mana aja dan gue menemukan satu yaitu anak tari. Akhirnya perpisahan itu pun tiba dan kami dikembalikan ke senior kami masing untuk dibawa ke tempat selanjutnya yang sudah terpisah sesuai dengan jurusan masing-masing.
***
Kegiatan senang-senang pun mendadak hilang ketika kembali dan kegiatan catat mencatat pun kembali lagi. Mencatat keperluan untuk ospek jurusan dan yel-yelnya, tidak sampai disana ke kampretan yang paling jelas adalah yel-yelnya pakai bahasa Jerman. GUE SAMA SEKALI ENGGA NGERTI NGUCAPNYA!
Setelah nyatet, ada sedikit istirahat dengan bersenang-senang sambil kenalan dengan sesama Maba dan Seniornya dengan bermain lempar bola. Sedikit. Hanya memberikan sedikit ketenangan saja. Habis main-mainnya selesai, hal buruk terjadi. Langit saat itu berubah menjadi mendung dengan kicauan gagak yang mengiringinya, pasukan yang memiliki wajah yang menurut gue bukan beda satu tahun tapi lebiiiih maju ke depan dan memperkenalkan diri mereka adalah Seksi Disipilin yang berguna untuk mendisiplinkan para Maba yang bandel dan atribut tidak lengkap.
Gertakan mereka dimulai dari mencari orang-orang yang telat masuk dan gue masuk dalam golongan ini, namun beruntungnya gue mendapatkan bantuan dari senior lainnya yang memang bareng gue. tapi itu tidak cukup, tetap aja kena hukuman gue. lalu setelah yang telat, mereka mengincar pakaian dan sepatu. Hingga akhirnya banyak yang kena hukuman dari mereka dan dikumpulkan pada saat ospek jurusan.
Tidak cukup penderitaan di pra-ospek ini, mereka membuat penderitaan ini seperti lengkap dengan terus latihan yel-yelnya biar kompak katanya. Sampai akhirnya jam lima yang membuat mereka menyerah sendiri karena disuruh panitia yang lainnya harus dipulangin karena udah kesorean.

Ini baru Pra, gimana merasakan ospeknya yang beneran dengan atribut yang bikin males gini?

No comments:

Post a Comment