Pra-Ospek!!
Setelah menjalani libur yang
berkepanjangan gue sampai lupa dengan yang namanya bangun pagi dan ini hari
Rabu yang seharusnya dihabiskan untuk berleha-leha di rumah, tapi ini gue harus
bangun pagi hanya untuk ke kampus untuk sebuah hal yang entah akan membuat gue
akan seperti apa nantinya.
Disuruh datang ke kampus itu jam
7 apa setengah 8 dan dari rumah berangkat jam 6, tapi tunggu dulu itu berangkat
dari rumah pun harus nganterin abang gue kerja dan kantornya di sekitaran
Tanjung Priok sedangkan kampus gue? Rawamangun! Sepanjang jalan gue hanya bisa
lihatin jam dengan sebuah rasa takut untuk telat.
Akhirnya dengan sebuah keajaiban
jalan Jakarta yang lenggang membuat gue sampai di kampus pas-pasan menurut jam
tangan gue, sedangkan menurut jam para seniornya udah telat meski hanya telat
sedikit sih tapi tetap aja. Gue kalap sendiri mencari rombongan jurusan gue
baris dimana, beruntungnya ada senior yang membantu gue untuk menemukan
rombongan jurusan gue dibariskan.
Gue masuk ke barisan dan duduk di
paling belakang, lalu gue merasa ada yang tidak benar dengan barisan yang gue
tempati ini, gue menengok ke kanan dan kirinya itu jumlah anak cowoknya banyak,
sedangkan barisan gue untuk membuat satu tim bola tanpa cadangan sama sekali
aja engga sampai. Itu jumlah anak cowok di angkatan gue, hitungan jari
MAAAAAN!!!
Lagi enak duduk dan menyimak apa
yang sedang dikatakan senior di depan, tiba-tiba sebelah kanan gue ngajak
kenalan dengan senyum yang mencurigakan, orang ini memiliki perawakan mirip
kaya pencuri donat yaitu De Gea cuma bedanya calon teman gue ini versi lebih
kecilnya.
“Nama gue Geraldy!” ucap Gerald
memperkenalkan dirinya dengan menyodorkan tangannya ke arah gue.
“Jona!” balas gue memperkenalkan
diri dengan tenang dan pura-pura cuek ketika melihat tangan kirinya yang sedang
di gibs.
Ternyata, oh ternyata... bukan
gue yang paling akhir dan telat di jurusan gue tetapi ada satu orang lagi yang
udah kaya mantan napi atau orang yang terobsesi masuk Akmil tapi engga jadi.
Tinggi, agak hitam, dengan rambut yang plontos, di tambah lagi dia memakai
jaket loreng. Namanya Marcel, dia memiliki alasan yang kuat kenapa dia telat
karena rumahnya di Bogor.
***
Matahari mulai lucu bersinar di
atas kami dan tampaknya para senior belum sadar kalau siang itu terik. Mereka
belum memberikan kebaikan mereka untuk memindahkan kami yang duduk kepanasan di
teriknya matahari, di rombongan gue atau lebih tepatnya orang-orang yang duduk
dibelakang itu ngobrol sendiri dan engga merhatiin apa yang diomongin sama
senior yang bercuap-cuap tidak jelas di depan.
Akhirnya! Akhirnya! Tuhan memang
baik! Akhirnya kami semua dipindahkan ke dalam aula perpustakaan. Harapan gue
pertama, seenggaknya di dalam aula ada AC dan dingin. Ternyata, harapan gue
hanya menjadi sebuah harapan belaka, dengan jumlah yang begitu banyak membuat
AC yang ada di dalam aula tersebut rasanya tidak berguna sama sekali yang
membuat beda cuma, tadi duduk di lapangan, sekarang duduk di lantai, tadi duduk
beratapkan matahari yang bersinar lucuk, sekarang duduk beratapkan
langit-langit, dan panasnya pun sama aja.
Setelah duduk di dalam, rasanya
penderitaan dengan jumlah mahasiswanya yang dikit itu belum usai. Untuk
menghemat tempat, jadinya barisan jurusan gue yang sudah sedikit ini digabung
dengan jurusan Bahasa Perancis yang begitu mendominasi barisan dengan jumlah
pasukan cowoknya banyak!
Belum sah rasanya kalau belum
menandai tempat dimana gue berpijak, setelah mengetahui tempat duduk dimana,
gue langsung kabur ke kamar mandi untuk menandainya. Di kamar mandi gue bertemu
dengan dua orang yang absurd dari jurusan yang berbeda dan dengan nama yang
sama, mereka sama-sama namanya Yohanes, yang satu jurusan Musik dan yang satu
lagi jurusan Rupa. Ketika membuang air kecil di toilet, ada obrolan yang absurd
yang aneh dan rumah kami bertiga sama-sama di Bekasi yang membuat sebuah ironi
ternyata kami searah. Akhirnya, sebelum keluar dari kamar mandi, janjian untuk
pulang bareng.
Kembali lagi ke barisan, sedang
ada perkenalan dari berbagai BEM Jurusan, panitia MPA, dan anggota BEM
Fakultas. Setiap ada orang yang masuk, selalu berteriak dengan ‘Hidup
Mahasiswa!’ , bukan cuma kakak seniornya tapi kalau dosen masuk pun teriak kaya
gitu. Dalam benak gue berpikir, jangan-jangan nanti kalau kuliah setiap awal
pelajaran ketika dosen yang ngajar masuk harus teriak kaya gitu.
Akhirnya, saat-saat yang ditunggu
tiba. Mencari ketua angkatan halusnya, kalau kasarnya sih yang bisa disalahkan
dan di minta tanggung jawabnya kalau angkatannya selama MPA engga kompak. Satu
per satu jurusan telah saling menunjuk siapa yang mewakili jurusan mereka,
ketika sampai di jurusan gue... berubah! Gue menyamar jadi anak Arab dengan
masuk ke barisan mereka untuk cari aman dan ternyata yang lain juga melakukan
hal yang sama.
Beruntung banget! Mungkin karena
kepolosan dia atau engga dengar, dia menjadi korban yang akan dipersembahkan
untuk mewakili anak cowok jurusan gue yang sedikit ini. Marcel maju dengan
planga-plongo yang tidak tahu apa-apa, udah kaya anak kambing yang mau
disembelih!
Semuanya perwakilan sudah maju
dan barisan jurusan gue kembali lagi setelah sudah ada yang dikorbankan untuk
mewakili jurusan.
Ketika gue melihat ke depan,
ternyata manusia absurd yang gue ketemu di kamar mandi tadi maju ke depan dan
dia pun sama kaya Marcel jadi korban keganasan teman sejurusannya. Para
perwakilan diminta untuk menampilkan sebuah penampilan di depan kami semua, ada
yang nyanyi dengan bahasa perancis, ada yang berpuisi, ada yang
berlengak-lengok seperti model, dan ada pula yang tampil dengan rap dadakan. Marcel
sempat bingung mau nampilin apa awalnya, namun entah kenapa dia malah memilih
untuk nge-rap tapi itu menjadi kesalahan dirinya yang membuat gue ketawa puas
melihat dia. mungkin, karena dia gugup sampai lupa dengan liriknya
berulang-ulang kali.
Yang menjadi ketua angkatan atau
disebut abang none itu, Yohanes yang teman gue ketemu di kamar mandi dan mulai
dari waktu tersebut mendapatkan panggilan baru yaitu, Parto! Karena
kemiripannya kata yang lain, lalu yang menjadi nonenya ialah gue lupa namanya
siapa karena dia beda jurusan sama gue dan gue engga pernah kenalan sama dia.
***
Waktunya Ishoma!
“Yeaaaah!! Kembali menghirup
udara segar!” teriak gue dalam hati kegirangan.
Menunggu giliran keluar dari
dalam ruangan ini pun udah kaya nunggu sembako, lama bener antreannya. Setelah
semua buku catatan tentang keperluan yang bakal dipakai untuk ospek udah
dimasukkin, gue bersiap-siap untuk keluar dari ruangan yang pengap ini dan
bersiap untuk masuk ke ruangan baru yang tidak tahu dimana dan akan seperti apa
selanjutnya.
Ketika semuanya telah keluar,
yang kristen dikumpulin satu kelompok dan dibawa ke satu ruangan, dan yang
lainnya dibawa ke masjid untuk sholat. Gue berjalan bareng sama teman gue
Gerald yang menebarkan pesonanya dan dalam perjalanan gue akhirnya penasaran
karena apa tangannya di gibs.
“Ger... lo kecelakaan apaan
sampai bisa di gibs tangan lo?” tanya gue memperhatikan tangannya.
Daaaaaaan Gerald malah senyum
sambil nunjuk ke arah tangannya tersebut. “Oh, ini karea gue jatuh dari motor
pas masukin motor gue ke dalam rumah.” Jawabnya bersemangat saat itu.
Demi menjaga perasaannya, gue
hanya tersenyum ketika mendengar tersebut, padahal dalam hati ketawa
membayangkan tersebut.
Sampai ruangan, lagi-lagi gue
ketemu sama orang yang absrud tadi dan ini bukan cuma dua tapi ternyata
jurusannya makin absurd dan makin gila tingkahnya. Di dalam ruangan tersebut,
kami hanya saling berkenalan satu sama lain sambil menyantap bekal siang bila
bawa. Gue adalah seorang yang malas untuk membawa bekal dan beruntungnya gue kenal
dengan Gerald yang bawa roti banyak jadi gue bisa dapat makanan dari dia.
Di dalam ruangan ini, setidaknya
ada beberapa hal yang gue dapatkan, mencari mahasiswi kristen yang cakep yang
mana aja dan gue menemukan satu yaitu anak tari. Akhirnya perpisahan itu pun
tiba dan kami dikembalikan ke senior kami masing untuk dibawa ke tempat
selanjutnya yang sudah terpisah sesuai dengan jurusan masing-masing.
***
Kegiatan senang-senang pun
mendadak hilang ketika kembali dan kegiatan catat mencatat pun kembali lagi.
Mencatat keperluan untuk ospek jurusan dan yel-yelnya, tidak sampai disana ke
kampretan yang paling jelas adalah yel-yelnya pakai bahasa Jerman. GUE SAMA
SEKALI ENGGA NGERTI NGUCAPNYA!
Setelah nyatet, ada sedikit
istirahat dengan bersenang-senang sambil kenalan dengan sesama Maba dan
Seniornya dengan bermain lempar bola. Sedikit. Hanya memberikan sedikit
ketenangan saja. Habis main-mainnya selesai, hal buruk terjadi. Langit saat itu
berubah menjadi mendung dengan kicauan gagak yang mengiringinya, pasukan yang
memiliki wajah yang menurut gue bukan beda satu tahun tapi lebiiiih maju ke
depan dan memperkenalkan diri mereka adalah Seksi Disipilin yang berguna untuk
mendisiplinkan para Maba yang bandel dan atribut tidak lengkap.
Gertakan mereka dimulai dari mencari
orang-orang yang telat masuk dan gue masuk dalam golongan ini, namun
beruntungnya gue mendapatkan bantuan dari senior lainnya yang memang bareng
gue. tapi itu tidak cukup, tetap aja kena hukuman gue. lalu setelah yang telat,
mereka mengincar pakaian dan sepatu. Hingga akhirnya banyak yang kena hukuman
dari mereka dan dikumpulkan pada saat ospek jurusan.
Tidak cukup penderitaan di
pra-ospek ini, mereka membuat penderitaan ini seperti lengkap dengan terus
latihan yel-yelnya biar kompak katanya. Sampai akhirnya jam lima yang membuat
mereka menyerah sendiri karena disuruh panitia yang lainnya harus dipulangin
karena udah kesorean.
Ini baru Pra, gimana merasakan
ospeknya yang beneran dengan atribut yang bikin males gini?
No comments:
Post a Comment