Wednesday, September 11, 2013

Hanya Dapat Berisyarat.


Kucoba semua segala cara...
Kau membelakangiku, kunikmati bayangmu
Itulah saja cara yang bisa
Tuk ku menghayatimu, untuk mencintaimu
DAMN!!!
Aku benci dengan apa yang sedang terjadi pada diriku saaat ini. Aku benci ketika perasaan, harapan, ingatan, dan segalanya seakan mengingatkan aku pada seseorang yang kami pun tidak terlalu mengenal, kami memang saling mengenal, namun cuma sebatas itu tidak ada yang lebih. Bahkan aku seperti sedang dibawa terus jatuh terperosok dalam segala tentang dirinya. Semesta apakah ini yang di sebut dengan cinta? Bila itu cinta, mengapa tidak tampil secara penuh dan nyata dalam hidup ini? mengapa hanya sebatas angan tanpa berani aku ucap atau menyapa dirinya?
Pertemuan pertamaku dengan gadis ini sudah begitu lama terjadi, tapi malangnya setelah pertemuan itu aku tidak pernah bertemu dengan dirinya, bahkan dengan cepatnya aku pun melupakan dirinya. Meski demikian, aku tidak sepenuhnya lepas kontak dengan dirinya, terkadang, iya, kadang aku masih berkomunikasi lewat media sosial. Entah itu facebook atau twitter. Tapi, iya gitu namanya juga kadang jadi tidak terlalu sering dan apa bila sedang terjadi paling hanya obrolan tidak penting yang begitu membasa-basi lalu hilang di tiup oleh angin.
Iya, saat sebuah ibadah aku bertemu dengan dirinya dan saat itu aku terpesona dengan senyumannya yang mampu meruntuhkan hatiku sekejab. Hanya jabatan tangan dan saling berkenalan nama lalu bubar begitu saja, namun bukan aku namanya bila tidak berusaha untuk mencari tahu tentang dirinya, meski hanya dibumbui rasa penasaran yang kecil, setidaknya tidak salah untuk dapat berkomunikasi setelah itu nantinya.
Berusaha untuk mendekatinya? Ah, dulu aku tidak pernah terpikirkan untuk hal itu. aku lebih memilih untuk mencari yang lain saja daripada berusaha untuk mendekatinya waktu itu, lagi pula saat itu aku sedang menjalani sebuah hubungan dengan perempuan lain.
Gadis itu, belakangan mulai menghantui diriku kembali dengan segala kemampuan semesta ciptakan. Mungkin, ini adalah salah ku untuk mengikuti rasa penasaranku terhadap dirinya. Ketika aku mengikuti penasaran itu, aku mulai merasakan ada gejolak yang berbeda yang bukan hanya sekedar mengagumi, tapi ada yang lebih dari itu, cuman masalahnya aku tidak tahu dan tidak dapat mengartikan hal tersebut.
Kesalahanku lainnya ialah; membiarkan dan mendengarkan kata hatiku ketika sedang berusaha untuk mencari nama karakter untuk sebuah karya yang sedang aku kerjakan. Pertamanya dalam karakter itu bernama Rara, namun seiring berjalannya waktu dan mempertimbangkan beberapa hal membuat namanya saat itu hadir. Aneh? Memang. Aku pun baru menyadari bila itu adalah sebuah keanehan tapi nyata.
Untuk menyapanya duluan? Ah, tidak terima kasih. Aku tidak berani untuk melakukan hal demikian. Untuk berkenalan dengan seorang perempuan lain lewat sebuah media sosial pun aku bingung harus bagaimana dan mengumpulkan keberanian terlebih dahulu sebelum memulainya, tapi aku pun pernah berkenalan dengan orang lain kok, itu pun karena kesamaan minat dalam menulis atau pun sesama mendukung klub sepakbola asal London; Arsenal, selebihnya bisa di hitung oleh jari tangan.
***
Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang mengamatimu
Dan dirimu yang jauh disana
Di dalam kabut yang tebal aku mengamati gadis tersebut, mungkin aku semakin menyukai senyuman gadis itu. menantikan dirinya dalam kegelapan, bersembunyi dari cahaya matahari yang membuat silau, aku berusaha untuk memalingkan pikiranku terhadap orang lain atau hal lainnya namun diakhir sebuah kisah tersebut akan kembali pada ingatan tentang dirinya.
Aku hanya mampu memberikan sebuah isyarat atau kode-kode yang mungkin saja dia tidak akan pernah tahu dan mengerti, hingga akhirnya mungkin saja aku akan terjatuh tersungkur menikmati debu tanah menempel di wajahku akibat kelelahan untu terus berusaha bertahan dalam gelap dan menunggu dia untuk mengerti.
Semesta. Aku mau bertanya dengan dirimu, apakah dia pernah membaca sebuah puisi yang khusus aku buat terhadap dirinya? Bila dia pernah membacanya, mengapa ia tidak mengatakan atau mengucapkan terima kasih? Aku memang tidak terlalu berharap, tapi hanya berharap sedikitnya dia dapat mengerti apa yang pernah aku rasa ini.
Beberapa bulan lalu, akhirnya aku dapat bertemu dengan dirinya lagi, tapi saat itu aku merasakan de javu. Aku pernah merasakan pernah berada di waktu tersebut. Lagi, pertemuan itu terjadi di suatu ibadah dan aku bertemu dengan dirinya di akhir ibadah, cuma kali ini sedikit berbeda, perbedaannya ialah, sekarang menanyakan kabarnya lalu habis itu sama seperti pertama bubar. Di pertemuan itu pun, aku sempat dibingungkan dengan seseorang yang sedang tampil di depan, sekilas perempuan yang berada di depan itu ialah dirinya. Tapi keanehan muncul, sebuah jahitan di bajunya bukan nama gadis itu melainkan nama orang lain. Akhirnya aku baru tahu di akhir kalau itu bukan gadis yang aku maksudkan! itu yang di depan yang tadi tampil merupakan adiknya! Benar-benar mirip!
Rasanya, aku ingin sekali saja untuk menghabiskan waktu bersamanya melihat senyumannya sepanjang hari, namun aku pun takut bila aku terlalu membosankan untuk dirinya.
Ah, semesta. Mengapa kau biarkan untuk perasaan itu muncul dan tenggelam tanpa suatu kejelasan? Apa kau sedang mengajarkan kepadaku untuk ikhlas menunggu sesuatu yang tak pasti?
Aku tidak pernah dapat benar-benar mengerti sebuah definisi tentang cinta. Aku terlalu rapuh untuk membuka hatiku lagi, meski aku berusaha untuk membukanya tapi diakhirnya sebuah kesempatan yang kurang beruntung dalam sebuah kisah percintaanku. Dan aku pun terlalu takut bila membuat seorang perempuan kecewa terhadapku, atau menangis karena kesalahan yang aku buat. Aku tidak sanggup untuk melihat seorang perempuan sedang menangis, terlebih lagi bila alasannya menangis itu karena aku. Bila terjadi seperti itu lagi, aku akan bingung sendiri untuk berucap apa dan bagaimana cara menghiburnya.
Hampir setahun lalu aku telah menyelesaikan draft pertama dari sebuah projekku, aku bersyukur saat pengerjaan pertama aku tidak mendapatkan bayangan yang menghantui diriku ketika menulis. Setelah mendapatkan komentar yang kurang memuaskan, aku meninggalkan projekku untuk membuat suatu projek lainnya. Tapi, ketika projek yang lainnya sudah selesai, rasa berhutang untuk menyelesaikan dan membenahi projek pertamaku pun muncul. Aku kembali membaca ulang dan ada sebuah ide baru lagi dalam pembenahannya, sekali lagi aku tidak pernah mengerti maksud rencana semesta. Setiap kali aku menulis cerita tersebut, setiap kali itu juga bayangan gadis itu muncul dalam benakku, bahkan ketika aku berusaha keras menampiknya, semakin keras pula bayangan itu muncul dalam kata demi kata yang ku tulis.
Setelah pertemuan kedua dengan gadis itu, aku kembali dipertemukan dengan dirinya oleh semesta lewat suatu acara pernikahan. Aku... benar-benar kehabisan akal ketika ada suatu waktu yang kembali terjadi lagi, aku pun tidak sanggup untuk berlama-lama melihat dirinya. Aku sungguh disibukkan oleh banyak hal yang memaksaku untuk melewati waktu yang berharga itu. kejadian pertama terulang di kejadian kedua, lalu kejadian kedua terulang di kejadian tiga, demikianlah sebuah pergerakkannya. Di pertemuan ketiga ini, memang hampir sama mengulang kejadian kedua, tapi... kali ini aku cukup beruntung dapat melihat senyumnya yang indah itu lagi dan itu benar-benar menghiburku sekaligus memberikan aku kekuatan yang baru ketika sudah letih menghadapi segala aktifitas seharian.
Dengan balutan dress merah, ia terlihat anggun dan manis. Rasanya aku ingin mengajak dirinya foto bersama, namun tidak mampu ku ucap atau pinta. Tidak berapa lama setelah pertemuan itu, sebuah hal yang paling ku takuti muncul, sebuah akhir dari perjumpaan. Dia pun mengatakan akan meninggalkan gedung itu bersama dengan adik dan teman-temannya.
Memang aku tak mampu untuk berfoto bersama dengan dirinya, tapi sekali lagi semesta membuat sebuah rancangan yang luar biasa. Ketika dia mengatakan akan pulang, lalu aku kembali masuk ke dalam gedung dan berdiri di depan karena dipanggil, disanalah aku bertemu dengan rombongan gadis itu yang sedang menyalami pengantin, daaaaaaaan.... iya, saat itu aku melihat dirinya dan memahami maksudnya untuk di foto melalui kamera yang sedang aku pegang. Aku sedikitnya bisa berbahagia, meski pada akhirnya kembali sedih dengan kecewa kalau foto yang aku ambil itu buram dan tidak fokus, parahnya lagi... aku belum sempat memindahkan memori kamera itu ke komputer sebelum memori kamera tersebut diambil.
***
Ku takkan bisa lindungi hati
Jangan pernah kau tatapkan wajahmu
Bantulah aku semampumu
Aku takut, aku tak mampu. Ku hanya mampu untuk terus bersembunyi di balik kegelapan ini dan mengucapkan namanya di dalam doa-doa yang ku panjatkan. Beberapa hari ini, dirinya seakan menghantuiku. Aku tidak pernah mengerti mengapa wajahnya sering tampil di dalam mimpiku, aku pun tidak pernah mengerti mengapa setiap kali ia berada di mimpi, ketika ku terbangun ada suatu yang berbeda dan membebaniku. Padahal, aku pernah bermimpi di dalam mimpi itu ada perempuan yang aku kenal dan sempat aku kagumi pun tidak sampai terngiang-ngiang dalam ingatanku setelah bangun.
Apakah aku benar-benar jatuh cinta terhadapnya? Aku tidak mengerti. Aku pun merasa bila diriku terlalu lemah untuk mencintai sebatas angan saja, yang hanya mampu dan sanggup ku gapai lewat bayangan demi bayangan. Mengenalnya lebih dari ku kenal sebelumnya saja, tidak mampu untuk ku lakukan.
Aku takut. Aku takut karena gadis ini mengenal salah satu anggota keluargaku, aku takut untuk membuatnya kecewa, dan lebih takut lagi bila ternyata dia sudah memiliki tambatan hati atau pria idaman. Aku hanya mampu mengawasimu tanpa pernah kau tahu, aku pun hanya bisa melihatmu dari kejauhan, dan aku pun sering kecewa sendiri bila linimasa akun twitter dirimu lama tidak berkicau. Setiap hari, aku membiasakan diri untuk melihatnya namun setiap hari pula terkadang tidak ada pergerakkan yang banyak.
Selamanya aku hanya dapat memujamu dan merindukanmu, dan selama itu pula aku hanya menebarkan isyarat demi isyarat yang dapat ku lakukan. Bila memang ini tentang cinta, pasti ia akan menemukan jalannya untuk bersatu, namun bila ia belum mampu menemukannya apakah arti dari sebuah penantian yang tidak terlihat ujungnya?
Apakah aku salah bila hanya ingin melihatmu bahagia dan tersenyum? Atau apakah aku terlalu egois bila ingin aku adalah alasan saat dirimu bahagia dan tersenyum itu? dapatkah aku memiliki atau melihat senyuman yang indah itu? dapatkah aku melihat sepasang bola mata yang indah di balik kacamatamu itu sekali lagi?
Biarlah setiap hangatnya hembusan napas itu terucap namamu di dalamnya. Rasanya aku ingin membuang, membunuh, bahkan ingin menghilangkan sebuah perasaan yang begitu aneh ini di dalam diriku, tapi aku tak mampu untuk melakukannya. Karena kamu begitu dalam menghantuiku.
Aku pun menghabiskan hari ini dengan sebuah lagu yang menjadi alasan dan latar belakang dalam penulisan ini, seandainya bila kau berkenan...
Rasakanlah... isyarat yang sanggup kau rasa, tanpa perlu kau sentuh
Rasakanlah... harapan impian yang hidup hanya sekejap
Rasakanlah... langit, hujan, detak hangat nafasku
Rasakanlah... isyarat yang mampu kau tangkap tanpa perlu kau ucap
Rasakanlah... air, udara, bulan, bintang, angin malam, ruang, waktu, puisi.
Itulah saja cara yang bisa.
Hanya Isyarat ( Drew)

No comments:

Post a Comment