Monday, July 21, 2014

Trip Tiga : D.I.Y ( Bagian Satu)

Akhirnya kesampaian juga pergi ke kota pelajar ini, kota yang sesungguhnya sudah menjadi harapan gue untuk pergi kesini dan masuk ke dalam impian pergi di tahun ini. kota yang selalu menyimpan cerita dan selalu istimewa di hati. Kota yang lebih ramah dan nyaman dibandingkan dengan Ibukota yang jahatnya melebihi ibu tiri.

Sekarang, mari kita mulai semuanya....

Bentar, memangnya ini trip ketiga? Bukannya baru pertama kali masuk ke dalam catatan perjalanan di blog ini?

Iya, memang ini baru pertama kalinya masuk ke dalam catatan, cuman kalau untuk trip sudah ketiga kalinya. Pertama, Anyer. Kedua, Kepulauan Seribu. Dan ketiga, Jogja!!

Semua rencana dimulai dari bulan Maret dan benar-benar baru fix untuk penentuan tanggal jalannya baru di mulai bulan April. Sebenarnya sih, awalnya gue punya kemungkinan membatalkan keberangkatan ke Jogja kali ini karena berhubung ada acara di tanggal yang ditetapkan semula tapi sepertinya Jogja pun memang jodoh untuk jalan-jalan bersama dengan teman-teman sejurusan yang gokil!

Rencana awalnya, kita akan berangkat ke Jogja di akhir bulan Mei yang tanggal merahnya banyak jadi. Namun, pada kenyataannya gue mendapatkan kerjaan yang harus membatalkan rencana itu tapi ngeheknya kerjaan itu malah gue lepas karena males dan engga ada kabar kepastiannya. Beberapa teman gue yang mesen tiket ke Senen akhirnya pergi membeli tiket ke Jogjanya.

Pulang-pulang, mereka malah ngasih tahu kalau trip ke Jogjanya di undur karena di akhir Mei engga dapat tiket dan setelah di undur gue bisa ikutan ditambah dengan beberapa teman gue yang lainnya yang nambah untuk ikutan. Jadi, ada dua rombongan yang berangkat. Pertama, mereka yang pertama mesen tiket berangkat pada kamis siang dari Senen dan kedua adalah rombongan yang menyusul dengan kereta malam ke Jogja pada Rabu malam.

Hari demi hari kita hitung kapan keberangkatannya ke Jogja. Sumpah, anak-anak pada engga sabar untuk ke Jogja, selain anak-anak jurusan Sosiologi ada lagi anak dari Politik dan Hubungan Internasional, dan lebih konyolnya lagi kita berhasil membujuk satu dosen baru, kita menculik dosen untuk pergi ke Jogja. MENCULIK!!!

***
Nama kereta yang akan ditumpangi adalah Progo, berangkat pada pukul 22.30 dari St. Senen ke St. Lempuyangan. Janjian jam sembilan malam di Indomaret lantai dua. Begitulah kesepakatan awalnya antara gue, Salma, Ican, dan Wulan setelah membeli tiket kereta yang akan mengantarkan kami ke Kota Berhati Nyaman.

Daftar yang penting sudah tenang, disana kita akan menginap di rumahnya Ican yang tidak jauh dari Malioboro. Lumayan ngirit uang.

Teman-teman yang di Jogja udah gue hubungin biar bisa menjamu gue di kotanya. Ceklist!

Hingga akhirnya, Minggu tiga hari sebelum keberangkatan. Muncullah masalah itu, satu orang mengatakan dia tidak bisa ikut pergi karena tidak mendapatkan ijin dari orangtuanya, keesokkan harinya satu orang lagi ikutan untuk tidak ikut. Saat itu, kami yang pergi dengan tenang mengatakan yaudah gapapa kalau engga bisa mah. Tapi masalahnya terjadi di hari Selasa ketika satu orang ini jadi labil antara mau ikut dan tidak sampai bikin orang kesal.

Sampai malam Selasa. Belum ada kepastian dan karena tanpa kepastian itu tiketnya dirobek lalu diberikan kepadanya agar dia yang pegang sendiri.

Malam keberangkatan, dengan uang seadanya gue berangkat dan ketemuan di minimarket di Stasiun Senen. Setelah kumpul semua, kami turun kebawah dan mengantri untuk masuk, saat ngantri dua orang pergi ke toilet karena mengira antriannya panjang dan tahunya antriannya cepat berkurang dan gue sama satu teman gue panik karena yang pegang tiketnnya itu lagi ke toilet!
Beruntung. Dia datang dengan cepat pas kami ada di depan abang-abang yang meriksa tiket. Tapi, satu orang lagi masih ketinggalaan di toilet! Lebih konyolnya lagi, lima belas menit sebelum keberangkatan kami masih nunggu teman yang di toilet itu. dia harus ngantri ulang lagi karena kami bertiga sudah masuk ke dalam, antriannya cukup panjang dan yang ngantri di depan agak rempong. Kami teriakkin supaya dia pindah antrian yang lebih pendek. Dan, VOILAAAA! Dia lebih cepat di tempat antrian kedua!

Masuk ke kereta dan berangkat. Pemandangannya... GELAP! Engga bisa lihat apa-apa!

Kebosanan setelah memasuki daerah Bekasi mana tahu, kami mulai iseng dengan foto-foto pake tongsis, karena anti mainstream atau emang gila, ya kami foto pake flash dan ketawa-ketawa aja padahal yang lainnya udah pada tidur.

Bosan mulai hadir. Tidur lah gue diperjalanan.

***
SELAMAT PAGI, JOGJAAAAAAH!!!

Inilah kali kedua gue menginjakkan kaki di kota istimewa. Kali pertama itu masih bocah umur tujuh atau berapa pokoknya masih SD. Dari Lempuyangan kami ke rumah teman yang ada di Taman Sari dan naik becak.

Di perjalanan, gue sama teman gue satu lagi merasa berdosa dan engga enak gimana, obrolan kami saat itu tentang tukeran becak. Karena yang bawa kami, aki-aki dan kami berdua cukup besar dan berat bila di dorong oleh aki-aki. Sebelum rencana itu terealisasikan, sebuah bencana terjadi.

Lampu merah dilewati dengan aki-aki dorong, setelah dia naik dengan anteng dia gowes lagi dan kami berdua lihat lobang di depan kami. Satu, dua, dan tiga! Becak kami oleng, jatuh ke sisi kiri dan berhenti karena menabrak trotoar. Dengan kesigapan, gue berhasil keluar dari becak dengan meloncat. Gue langsung ambil tas dan gantian sama teman gue yang kecilan.

Engga tega lihat aki-aki itu, harusnya dengan umur segitu dia bisa dirumah dan menikmati usia tuanya, tetapi dia masih berjuang dan kerja tanpa ngeluh dan masih bisa senyum. Teh manisnya tumpah karena jatuh tadi. Aduh,

Kata teman gue satu lagi, aki-aki itu sempat melayang-layang di tempatnya saat becaknya terjungkir.

Sebenarnya engga tega mau cerita aki-akinya, cuman lucu aja. Dia engga tahu jalan tapi pake NOS mulu untuk nyalip becak yang satu lagi.

Akhirnya, kami sampai rumah. naro barang terus langsung ke ngasem untuk sarapan dan tidur sambil nunggu kloter dua sampai nanti siang.

Siangnya, setelah puas tidur kami makan di deket rumah. lumayan murah, cuman gue lagi males makan jadinya makan es campur yang cuman tiga ribu  dan itu enak! Setelah makan kita kembali ke rumah, baru sorenya jalan ke pemandian puteri keraton. Sampai disana, tutup! Lalu, pindah ke goa yang keesokkan harinya gue baru tahu kalau itu dipakai juga untuk jadi masjid jaman dulu dan di terowongan itu bisa nembus ke Parangkritis dan diyakini Sultan pernah ketemu Nyi Roro Kidul di terowongan tersebut sehingga jalan ke tempat pertemuannya ditutup.

Telepon sudah memanggil kami untuk menjemput kloter kedua di pasar ngasem lagi. Sekarang, kami berlima dan cerita tentang malam pertama di Jogja disambung aja ya daripada kepanjangan dan ngebetein bacanya.

fotonya di trip selanjutnya aja..

See you!

No comments:

Post a Comment