“Sahabat
sejati selalu di hati, Teman untuk selamanya!”
Di pagi yang sangat
amat masih buta ini, sebuah lagu dari Endank Soekamti menemani gue ketika sibuk
mengejar segala urusan kerjaan yang diperhadapkan dengan deadline. Lagu
tersebut membawa gue untuk berhenti sejenak mengerjakan tulisan gue untuk
menikmatinya dan kembali pada kenangan masa lalu, sebuah kenangan yang membuat
gue merindukan mereka yang sedang berusaha mengais dan berjuang setiap
mimpi-mimpinya.
Sebuah pertemanan yang
diikat menjadi satu keluarga dibawah payung Osis Angkatan 26. Suka dan duka
kami lalui bersama, setiap suka mereka adalah tawa bagi kami bersama, setiap
duka mereka adalah tangis bagi kami bersama. Susah maupun suka kita lewati
bersama dari awal kita mulai berkumpul hingga akhirnya kita meninggalkan
sekolah tersebut yang membesarkan dan mengajarkan banyak hal, kita sudah
seperti saudara yang tumbuh bersama di rumah yang membuat kita nyaman
menghabiskan waktu bersama yaitu satu ruangan yang kecil yang bernama ruang osis.
Sebuah kenangan yang
bahkan membuat gue tersadar bila sebuah tulisan gue tidak akan berarti apa-apa
karena mereka.
Hei... apa kabar dengan
keadaan mereka? Sudah lama tidak berjumpa rasanya, pasti mereka sudah banyak
yang berubah, kehidupan keras selama perantauan atau kehidupan keras di kampus
membuat kalian bertumbuh lebih kuat daripada sebelumnya.
Merasakan bagaimana
kerasnya kehidupan dan bahagianya masa-masa putih abu, bagaimana menjalankan
sebuah acara, bagaimana berorganisasi, bagaimana rasanya mendapatkan cacian
dari orang sekitar, bahkan sampai makan nasi yang terinjak oleh seseorang yang
mungkin saja kalian sudah mengetahui siapa. Atau bagaimana mencari alasan
kepada setiap guru untuk bisa keluar jam pelajaran mereka dengan berbagai
alasan adalah hal yang membuat hal-hal tersebut menambah kesan saat memutar
kembali masa-masa itu.
Hidup ini memang tidak
selalu bahagia dan enak. Benar kawan! Kita pun sebelum dapat sukses dan
berhasil seperti saat ini, kita merasakan hidup dibawah untuk menjalankan roda
kehidupan untuk lebih baik lagi. Kita mendapatkan tempaan dari para senior dan
alumni saat itu, semakin kita ditempa semakin kita berusaha untuk bangkit.
Sebagaimana kita telah berusaha saat menjalankan acara LDKS dan PraLD dengan
maksimal, kita mengalami masa dimana menjadi pelecut kita untuk bangkit, sebuah
kalimat yang terasa tajam saat itu membuat kita introspeksi diri.
'Kalian
itu angkatan bayangan!'
Ah... sakit rasanya
ketika mendengar ucapan itu dan pada saat di ruang olahraga gue masih ingat
kita berkumpul dengan aba-aba dari sosok kecil yang bercodet, kita hening namun
tiba-tiba keheningan kita pecah saat orang itu lagi-lagi membuat suatu hal
menjadi awkward moment. Hanya orang itu yang nangisnya paling kencang di antara
kita semua.
Ketika kita tidak
memiliki uang dan kelaparan yang kita lakukan hanyalah patungan untuk membeli
nasi padang untuk makan bersama, bukan makan nasi pada satu orang satu tapi
tiga atau dua untuk ramai dan itu nasi yang hanya dengan kuah karena
keterbatasan dana yang kita miliki.
Hahaha... berat yang
kita pikul bersama terasa ringan saat kita berbagi, bukan hanya soal organisasi
tapi soal kehidupan pribadi pun kita sering bercerita dan berangkat darisana
gue benar mengenal yang namanya persahabatan itu seperti apa.
Gue mengingat kembali
beberapa kejadian dan saat liburan di puncak saat liburan kenaikan kelas itu,
gue merasa iri ketika tidak ikut dengan kalian untuk menikmati liburan itu dan
cerita yang gue alami pun berkurang bersama kalian.
Tapi bukan 26 namanya
bila tidak pernah merasa bahagia, karena untuk kita bahagia itu sederhana.
Bahagia itu cukup bermain bola atau basket sore hari, main bola sambil
hujan-hujanan lawan anak bocah, kumpul bareng, ijin keluar kelas untuk
nongkrong di ruang osis, dan banyak hal yang membuat kita menemukan alasan
untuk tersenyum dan tertawa karena bagi
kita bahagia itu sederhana.
Mungkin kita adalah
angkatan yang batu. Bagimana saat merasakan di awal-awal memakai pita biru yang
setiap pulang sekolah hampir bisa dipastikan kita dikumpulkan dan menerima
sarapan dari mereka para senior, gue ingat bagaimana sibuknya palur untuk
melihat dan mengingatkan untuk memakai pita biru, atau ribetnya bulur yang
setiap pagi selalu didatangi yang kehilangan atau ketinggalan pita birunya.
Tekanan demi tekanan
kita hadapi bersama sampai akhirnya kita menyadari bahwa kita tidak akan selalu
bersama lagi dalam bentuk fisik. Jalan yang kita lalui berbeda-beda demi
menempuh satu tujuan yaitu keberhasilan dan melalui jalan inilah gue meraih
setiap mimpi untuk akhirnya kita akan bertemu suatu hari lagi dan kita dalam
keadaan yang sukses, tapi bila tidak sukses pun tidak menjadi masalah karena
kita merupakan sekeluarga.
Bahagia itu indah
ketika mengingat kenangan masa lalu yang penuh dengan segala kenangan. Bahkan
beberapa hari belakangan ketika gue sedang intense kembali ke sekolah untuk
membantu angkatan sekarang menjalani acara, yang terbesit dalam benak gue
hanyalah kenangan masa lalu itu. Dimana ruang osis didekor untuk membuat kita
nyaman, ruang osis yang dalam beberapa hari sekali di sapu atau bahkan
keadaannya berubah. Saat jabatan tidak selalu menjadi hal yang terpenting dalam
persahabatan kita.
Banyak perubahan yang
terjadi di anak-anak yang sekarang, entah apa yang terjadi bila kalian melihat
mereka nantinya. Gue tidak berani membandingkan karena memang jaman sudah
berubah dan perubahan jaman pun yang membawa anak-anak sekarang menjadi manja
dan bergantung pada keadaan.
Kita
seperti angka delapan...
Selalu
nyambung terus...
Tak
pernah terputus...
Angka 8? Kita kan
angkatan 26, 2+6=8! Yeah! Kita seperti angka 8 seperti yang dinyanyikan band
asal Jogja, Endank Soekamti!
Sebuah awal dari
perjalanan yang kita lewati bersama, pagi yang indah untuk mengingat setiap
kejadian indah itu dan pagi yang membuat gue tersadar untuk segera berlari
mengejar ketertinggalan gue dari kalian yang sudah jauh melampaui gue untuk
mendapatkan impiannya.
Mungkin, kalau kalian
membaca tulisan yang agak absrud dan berantakan ini. semoga kalian pun ikut
merasakan kenangan itu kembali di dalam diri kalian, karena mengenang kalian
adalah sebuah hal yang indah daripada mengenang sebuah kegagalan dalam
berasmara.
Sahabat sejati selalu di hati...
Teman untuk selamanya...
Teman untuk selamanya...
Teman untuk selamanya...
Teman untuk selamanya...
Teman untuk selamanya...
Teman untuk selamanya...
Lagu Endank Soekamti
pun kembali gue putar berulang-ulang untuk menemani gue menghabiskan pagi ini
dengan segala kenangan masa lalu dan masa-masa putih abu bersama satu keluarga
26!
No comments:
Post a Comment