Kucoba semua segala
cara...
Kau membelakangiku,
kunikmati bayangmu
Itulah saja cara yang
bisa
Tuk ku menghayatimu,
untuk mencintaimu
DAMN!!!
Aku benci dengan apa yang sedang terjadi pada diriku
saaat ini. Aku benci ketika perasaan, harapan, ingatan, dan segalanya seakan
mengingatkan aku pada seseorang yang kami pun tidak terlalu mengenal, kami
memang saling mengenal, namun cuma sebatas itu tidak ada yang lebih. Bahkan aku
seperti sedang dibawa terus jatuh terperosok dalam segala tentang dirinya.
Semesta apakah ini yang di sebut dengan cinta? Bila itu cinta, mengapa tidak
tampil secara penuh dan nyata dalam hidup ini? mengapa hanya sebatas angan
tanpa berani aku ucap atau menyapa dirinya?
Pertemuan pertamaku dengan gadis ini sudah begitu
lama terjadi, tapi malangnya setelah pertemuan itu aku tidak pernah bertemu
dengan dirinya, bahkan dengan cepatnya aku pun melupakan dirinya. Meski
demikian, aku tidak sepenuhnya lepas kontak dengan dirinya, terkadang, iya,
kadang aku masih berkomunikasi lewat media sosial. Entah itu facebook atau twitter. Tapi, iya gitu namanya juga kadang jadi tidak terlalu
sering dan apa bila sedang terjadi paling hanya obrolan tidak penting yang
begitu membasa-basi lalu hilang di tiup oleh angin.
Iya, saat sebuah ibadah aku bertemu dengan dirinya
dan saat itu aku terpesona dengan senyumannya yang mampu meruntuhkan hatiku
sekejab. Hanya jabatan tangan dan saling berkenalan nama lalu bubar begitu
saja, namun bukan aku namanya bila tidak berusaha untuk mencari tahu tentang
dirinya, meski hanya dibumbui rasa penasaran yang kecil, setidaknya tidak salah
untuk dapat berkomunikasi setelah itu nantinya.
Berusaha untuk mendekatinya? Ah, dulu aku tidak
pernah terpikirkan untuk hal itu. aku lebih memilih untuk mencari yang lain saja
daripada berusaha untuk mendekatinya waktu itu, lagi pula saat itu aku sedang
menjalani sebuah hubungan dengan perempuan lain.
Gadis itu, belakangan mulai menghantui diriku
kembali dengan segala kemampuan semesta ciptakan. Mungkin, ini adalah salah ku untuk
mengikuti rasa penasaranku terhadap dirinya. Ketika aku mengikuti penasaran
itu, aku mulai merasakan ada gejolak yang berbeda yang bukan hanya sekedar
mengagumi, tapi ada yang lebih dari itu, cuman masalahnya aku tidak tahu dan
tidak dapat mengartikan hal tersebut.
Kesalahanku lainnya ialah; membiarkan dan
mendengarkan kata hatiku ketika sedang berusaha untuk mencari nama karakter
untuk sebuah karya yang sedang aku kerjakan. Pertamanya dalam karakter itu
bernama Rara, namun seiring berjalannya waktu dan mempertimbangkan beberapa hal
membuat namanya saat itu hadir. Aneh? Memang. Aku pun baru menyadari bila itu
adalah sebuah keanehan tapi nyata.
Untuk menyapanya duluan? Ah, tidak terima kasih. Aku
tidak berani untuk melakukan hal demikian. Untuk berkenalan dengan seorang
perempuan lain lewat sebuah media sosial pun aku bingung harus bagaimana dan
mengumpulkan keberanian terlebih dahulu sebelum memulainya, tapi aku pun pernah
berkenalan dengan orang lain kok, itu pun karena kesamaan minat dalam menulis atau
pun sesama mendukung klub sepakbola asal London; Arsenal, selebihnya bisa di
hitung oleh jari tangan.
***
Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang
mengamatimu
Dan dirimu yang jauh
disana
Di dalam kabut yang tebal aku mengamati gadis
tersebut, mungkin aku semakin menyukai senyuman gadis itu. menantikan dirinya
dalam kegelapan, bersembunyi dari cahaya matahari yang membuat silau, aku
berusaha untuk memalingkan pikiranku terhadap orang lain atau hal lainnya namun
diakhir sebuah kisah tersebut akan kembali pada ingatan tentang dirinya.
Aku hanya mampu memberikan sebuah isyarat atau
kode-kode yang mungkin saja dia tidak akan pernah tahu dan mengerti, hingga
akhirnya mungkin saja aku akan terjatuh tersungkur menikmati debu tanah
menempel di wajahku akibat kelelahan untu terus berusaha bertahan dalam gelap
dan menunggu dia untuk mengerti.
Semesta. Aku mau bertanya dengan dirimu, apakah dia
pernah membaca sebuah puisi yang khusus aku buat terhadap dirinya? Bila dia
pernah membacanya, mengapa ia tidak mengatakan atau mengucapkan terima kasih?
Aku memang tidak terlalu berharap, tapi hanya berharap sedikitnya dia dapat
mengerti apa yang pernah aku rasa ini.
Beberapa bulan lalu, akhirnya aku dapat bertemu
dengan dirinya lagi, tapi saat itu aku merasakan de javu. Aku pernah merasakan
pernah berada di waktu tersebut. Lagi, pertemuan itu terjadi di suatu ibadah
dan aku bertemu dengan dirinya di akhir ibadah, cuma kali ini sedikit berbeda,
perbedaannya ialah, sekarang menanyakan kabarnya lalu habis itu sama seperti
pertama bubar. Di pertemuan itu pun, aku sempat dibingungkan dengan seseorang
yang sedang tampil di depan, sekilas perempuan yang berada di depan itu ialah
dirinya. Tapi keanehan muncul, sebuah jahitan di bajunya bukan nama gadis itu
melainkan nama orang lain. Akhirnya aku baru tahu di akhir kalau itu bukan
gadis yang aku maksudkan! itu yang di depan yang tadi tampil merupakan adiknya!
Benar-benar mirip!
Rasanya, aku ingin sekali saja untuk menghabiskan
waktu bersamanya melihat senyumannya sepanjang hari, namun aku pun takut bila
aku terlalu membosankan untuk dirinya.
Ah, semesta. Mengapa kau biarkan untuk perasaan itu
muncul dan tenggelam tanpa suatu kejelasan? Apa kau sedang mengajarkan kepadaku
untuk ikhlas menunggu sesuatu yang tak pasti?
Aku tidak pernah dapat benar-benar mengerti sebuah
definisi tentang cinta. Aku terlalu rapuh untuk membuka hatiku lagi, meski aku
berusaha untuk membukanya tapi diakhirnya sebuah kesempatan yang kurang
beruntung dalam sebuah kisah percintaanku. Dan aku pun terlalu takut bila membuat
seorang perempuan kecewa terhadapku, atau menangis karena kesalahan yang aku
buat. Aku tidak sanggup untuk melihat seorang perempuan sedang menangis,
terlebih lagi bila alasannya menangis itu karena aku. Bila terjadi seperti itu
lagi, aku akan bingung sendiri untuk berucap apa dan bagaimana cara
menghiburnya.
Hampir setahun lalu aku telah menyelesaikan draft
pertama dari sebuah projekku, aku bersyukur saat pengerjaan pertama aku tidak
mendapatkan bayangan yang menghantui diriku ketika menulis. Setelah mendapatkan
komentar yang kurang memuaskan, aku meninggalkan projekku untuk membuat suatu
projek lainnya. Tapi, ketika projek yang lainnya sudah selesai, rasa berhutang
untuk menyelesaikan dan membenahi projek pertamaku pun muncul. Aku kembali
membaca ulang dan ada sebuah ide baru lagi dalam pembenahannya, sekali lagi aku
tidak pernah mengerti maksud rencana semesta. Setiap kali aku menulis cerita
tersebut, setiap kali itu juga bayangan gadis itu muncul dalam benakku, bahkan
ketika aku berusaha keras menampiknya, semakin keras pula bayangan itu muncul
dalam kata demi kata yang ku tulis.
Setelah pertemuan kedua dengan gadis itu, aku
kembali dipertemukan dengan dirinya oleh semesta lewat suatu acara pernikahan.
Aku... benar-benar kehabisan akal ketika ada suatu waktu yang kembali terjadi
lagi, aku pun tidak sanggup untuk berlama-lama melihat dirinya. Aku sungguh
disibukkan oleh banyak hal yang memaksaku untuk melewati waktu yang berharga
itu. kejadian pertama terulang di kejadian kedua, lalu kejadian kedua terulang
di kejadian tiga, demikianlah sebuah pergerakkannya. Di pertemuan ketiga ini,
memang hampir sama mengulang kejadian kedua, tapi... kali ini aku cukup
beruntung dapat melihat senyumnya yang indah itu lagi dan itu benar-benar
menghiburku sekaligus memberikan aku kekuatan yang baru ketika sudah letih
menghadapi segala aktifitas seharian.
Dengan balutan dress merah, ia terlihat anggun dan
manis. Rasanya aku ingin mengajak dirinya foto bersama, namun tidak mampu ku
ucap atau pinta. Tidak berapa lama setelah pertemuan itu, sebuah hal yang
paling ku takuti muncul, sebuah akhir dari perjumpaan. Dia pun mengatakan akan
meninggalkan gedung itu bersama dengan adik dan teman-temannya.
Memang aku tak mampu untuk berfoto bersama dengan
dirinya, tapi sekali lagi semesta membuat sebuah rancangan yang luar biasa.
Ketika dia mengatakan akan pulang, lalu aku kembali masuk ke dalam gedung dan
berdiri di depan karena dipanggil, disanalah aku bertemu dengan rombongan gadis
itu yang sedang menyalami pengantin, daaaaaaaan.... iya, saat itu aku melihat
dirinya dan memahami maksudnya untuk di foto melalui kamera yang sedang aku
pegang. Aku sedikitnya bisa berbahagia, meski pada akhirnya kembali sedih
dengan kecewa kalau foto yang aku ambil itu buram dan tidak fokus, parahnya lagi...
aku belum sempat memindahkan memori kamera itu ke komputer sebelum memori
kamera tersebut diambil.
***
Ku takkan bisa lindungi
hati
Jangan pernah kau
tatapkan wajahmu
Bantulah aku semampumu
Aku takut, aku tak mampu. Ku hanya mampu untuk terus
bersembunyi di balik kegelapan ini dan mengucapkan namanya di dalam doa-doa
yang ku panjatkan. Beberapa hari ini, dirinya seakan menghantuiku. Aku tidak
pernah mengerti mengapa wajahnya sering tampil di dalam mimpiku, aku pun tidak
pernah mengerti mengapa setiap kali ia berada di mimpi, ketika ku terbangun ada
suatu yang berbeda dan membebaniku. Padahal, aku pernah bermimpi di dalam mimpi
itu ada perempuan yang aku kenal dan sempat aku kagumi pun tidak sampai
terngiang-ngiang dalam ingatanku setelah bangun.
Apakah aku benar-benar jatuh cinta terhadapnya? Aku
tidak mengerti. Aku pun merasa bila diriku terlalu lemah untuk mencintai
sebatas angan saja, yang hanya mampu dan sanggup ku gapai lewat bayangan demi
bayangan. Mengenalnya lebih dari ku kenal sebelumnya saja, tidak mampu untuk ku
lakukan.
Aku takut. Aku takut karena gadis ini mengenal salah
satu anggota keluargaku, aku takut untuk membuatnya kecewa, dan lebih takut
lagi bila ternyata dia sudah memiliki tambatan hati atau pria idaman. Aku hanya
mampu mengawasimu tanpa pernah kau tahu, aku pun hanya bisa melihatmu dari
kejauhan, dan aku pun sering kecewa sendiri bila linimasa akun twitter dirimu lama tidak berkicau.
Setiap hari, aku membiasakan diri untuk melihatnya namun setiap hari pula
terkadang tidak ada pergerakkan yang banyak.
Selamanya aku hanya dapat memujamu dan merindukanmu,
dan selama itu pula aku hanya menebarkan isyarat demi isyarat yang dapat ku
lakukan. Bila memang ini tentang cinta, pasti ia akan menemukan jalannya untuk
bersatu, namun bila ia belum mampu menemukannya apakah arti dari sebuah
penantian yang tidak terlihat ujungnya?
Apakah aku salah bila hanya ingin melihatmu bahagia
dan tersenyum? Atau apakah aku terlalu egois bila ingin aku adalah alasan saat
dirimu bahagia dan tersenyum itu? dapatkah aku memiliki atau melihat senyuman
yang indah itu? dapatkah aku melihat sepasang bola mata yang indah di balik
kacamatamu itu sekali lagi?
Biarlah setiap hangatnya hembusan napas itu terucap
namamu di dalamnya. Rasanya aku ingin membuang, membunuh, bahkan ingin
menghilangkan sebuah perasaan yang begitu aneh ini di dalam diriku, tapi aku
tak mampu untuk melakukannya. Karena kamu begitu dalam menghantuiku.
Aku pun menghabiskan hari ini dengan sebuah lagu
yang menjadi alasan dan latar belakang dalam penulisan ini, seandainya bila kau
berkenan...
Rasakanlah... isyarat
yang sanggup kau rasa, tanpa perlu kau sentuh
Rasakanlah... harapan
impian yang hidup hanya sekejap
Rasakanlah... langit,
hujan, detak hangat nafasku
Rasakanlah... isyarat
yang mampu kau tangkap tanpa perlu kau ucap
Rasakanlah... air,
udara, bulan, bintang, angin malam, ruang, waktu, puisi.
Itulah saja cara yang
bisa.
Hanya Isyarat ( Drew)
No comments:
Post a Comment